Nak, mari kesini sebentar emak mau
bercerita sesuatu.
Julia, gadis belia mendekati emak, lantas
berbaring disamping emak. Seperti biasa di penghujung malam sebagai penghantar
tidur, emak akan bercerita tentang sesuatu. Kali ini tidak lain tidak bukan
yaitu tentang pesta pernikahan. Yuk sama-sama dengerin. Cekidooott !!!!
***
Julia, mumpung
kamu belum terlanjur terbuai akan keindahan dunia. Ada banyak dalam kehidupan
ini yang bergeser dari konsep dasarnya. Nah termasuk yang satu ini, makanya
emak mau cerita, ini cerita tentang pesta pernikahan emak dulu. Ada banyak
urusan untuk mengadakan pesta pernikahan Julia. Berat badan emak dari 55 kg
drastis turun menjadi 45 kg. Apa saja yang membuat emak menjadi kurus? Yaa..ini
dia.
Undangan Pernikahan
Undangan
pernikahan emak sama abah bukan main hebohnya. Warnanya merah menyala.
Disudut-sudutnya terdapat ukiran emas. Sekilas dilihat, rasanya nggak tega
untuk dibuka. Takut lecet. Bahan undangan dari kertas terbaik. Kertas terbaik
tentu dari pohon terbaik kali ya. Harganya barang tentu sangat muahaaal. Kalau
dihargakan sekarang mungkin Rp. 100.000 sebijinya. Setiap orang menerima
undangan itu, pasti memuji. Wah, emak sama abah bukan main bangganya. Maklum
urusan sekali seumur hidup. Tapi apa Julia, tepat setelah seminggu dari pesta
pernikahan emak dan abah. Waktu emak mau buang sampah di TPS ujung kampung.
Emak menemukan undangan itu terkulai dengan manisnya diantara tumpukan sampah.
Hhuuuhh.., emak jengkel setengah mati. Orang nggak tahu apa ini harganya mahal.
Jangan bilang yang buang ini dulu cuma ngasih amplop 10.000 perak. Cobalah
dalam undangan emak buat tulisan, “MAAF INI UNDANGAN MAHAL, HARGA CETAK SERATUS
RIBU, MOHON NGAMPLOP MINIMAL SEPULUH KALI LIPATNYA.”. Lumayan kan satu orang
bisa ngasih satu juta. Tapi setelah emak pikir-pikir, orang tidak salah
membuangnya. Toh sudah habis fungsinya. Cuma sebatas undangan yang isinya
informasi kapan mau nikah dan dimana. Jadi apa gunanya undangan bagus-bagus
kalau ujung-ujungnya masuk kotak sampah juga. Yang sederhana sajalah. Kan yang
penting isinya. Uang percetakan bisa digunakan untuk yang lain yang lebih
penting.
Foto Pre-Wedding
Nah, yang satu
ini. Beeehhh... jaman emak baru happening
banget dah. Kalo di pintu masuk gedung ada foto macam beginian berasa pesta
emak paling keren sedunia. Tak lupa pula gaya yang kami pakai buat berfoto,
abah memeluk emak dari belakang. Jadilah tangan abah semacam safetybelt yang melilit badan emak. Dan
yang nggak kalah penting lokasi pemotretan di Dubai. Biar mirip-mirip artis
gitu. Tapi setelah emak pikir-pikir emak malu sesudahnya. Kemesraan yang
jelas-jelas waktu itu emak belum di-ijab-qabul sama abah udah dipertontonkan.
Pas malam pertama, waktu abah meluk emak dari belakang. Emak nggak merinding
lagi (lah kalo merinding emang kenapa yaakk). Terus duit abis dipake pemotretan
jauh-jauh ke Dubai. Mending emak kumpulin buat naik haji. Jadi menurut emak
foto yang begituan nggak begitu penting. Nggak jamin rumah tangga bisa semesra
di foto itu. Malah emak mikirnya kenapa foto pre-wedding emak dulu nggak gabungin foto abah sama emak waktu
masih SD. Terus ingus meleleh-leleh di atas mulut. Pasti lebih unyu.
Orgen Tunggal Lengkap Beserta Biduan
Seksi
Nah yang satu
ini, jaman dulu mesti kudu wajib ada. Nenek sama kakek kan orang kaya
dijamannya. Nggak keren aja kalo nggak ada musik beserta biduan seksi yang
menghibur. Masak iya sih, katanya pesta pernikahan tapi sepi nggak ada musik.
Terus pas acaranya sepi. Krik..Krik.. Jadilah musiknya dangdutan dan biduannya
goyang yang indehoy. Warga kampung asik mendekat ke panggung. Buat apa? Abis
biduannya pakai rok mini sih. Tak lupa pula warga kampung (khususnya
bapak-bapak) nyiapin duit buat saweran, ngasih biduannya. Waduh, nggak tahu apa
istri dan anak-anak di rumah udah makan apa belom. Beras di dapur masih ada apa
nggak. Nah, jaman berganti jaman. Sekarang giliran emak yang kondangan. Pas
liat ada biduannya pakai baju seksi. Kok emak jadi malu sendiri. Apalagi emak
ini perempuan juga. Terus pas tahu abah mau ikutan joget sama biduan.
Beeehh..emak naik pitam. Asap ngepul keluar dari kuping emak. Terus emak tarik
lagi abah kebelakang. Emak gaplok pantatnya pake teplon (ceritanya emak
kebetulan lagi bawa teplon). Jadi kalau mau pakai hiburan, ya hiburan yang
sewajarnya sajalah. Hiburan yang buat sama-sama seneng. Pengantin riang
Bapak-bapak senang dan ibu-ibu tenang (nggak bakal lakinya ngedektin biduan).
Pembacaan CV Pengantin
Julia, kamu tahu
kan waktu masih muda emak banyak prestasi. Iya, berbagai lomba antar kampung
emak jabanin. Lomba yang pernah emak ikutin diantaranya lomba lompat karung,
lomba masak biji nangka sampe lomba menanak nasi sambil kayang. Rata-rata emak
juara. Otomatis waktu nikah disebutin dong ya satu-satu. Selain itu gelar emak
panjang lebar. Kalo jaman sekarang gelar cuma ada di depan sama belakang, emak
di tengah nama juga ada. Lho kok bisa mak? Terserah emak dong yang punya nama
dan gelar juga emak. Emak bangga dong dibacain CV emak. Saking banyaknya yang
disebutin makan waktu lamaaaaa banget. Para undangan gerah, nggak sabaran
pengen cepet makan siang. Tuh kan orang bukannya simpati yang ada malah enek.
Tapi setelah emak pikir-pikir kenapa emak nggak nampilin video lucu waktu emak
ngucapin selamat ultah buat abah jaman pacaran yaak. Saking terhiburnya para undangan
bakal teriak LAGEE LAGEE LAGEE dengan kompaknya.
Pawang Hujan
Yang satu ini
semacam ritual sakral. Ada banyak cara yang dipakai warga. Tapi emak pakai cara
yang paling mujarab. Apa itu? Ssttt..diem-diem aja ya. Jangan bilang sama abah.
Kata Mr. Konon, kalau di pesta pernikahannya mau terhindar dari hujan, ya
celana dalem pengantin prianya harus dicolong terus ditarok di atas loteng.
Emak ngambil celana dalem abah diem-diem. Kata Mr.Konon lagi, kalau ada celana
dalem pengantin pria nancep di loteng sudah pasti hujannya nggak berani dateng.
Hujannya takut liat ada celana dalem nangkring di area sekitar yang mau
dihujani. Tapi apa mau dikata, mungkin celana dalem abah kurang sakti, alhasil
hari pesta pernikahan emak masih hujan juga. Padahal seperti yang kita tahu,
hujan itu anugerah, rezeki dari Sang Pencipta. Langkah yang emak ambil itu
adalah perbuatan syirik. Selain itu emak kapok dah pegang celana dalem abah.
Emang kenapa mak? Aromanya aduhai, mirip-mirip terasi Bangka.
Bermewah-mewah
Dan akumulasi
dari semua yang diatas adalah bermewah-mewah. Nggak bisa dipungkiri. Emak anak
semata wayang. Abah anak semata kaki. Jadi nggak keren kan kalo pesta
pernikahannya nggak mewah. Mana abah itu kan anak pejabat kampung. Rasanya
seisi negeri harus tahu kalau yang nikah ini anak pejabat kampung. Bisa jadi
ambisi dari orang tua pengantin. Kalaulah dari dulu emak sadar, emak akan
menahan ambisi nenek sama kakek untuk berlebay-lebay ria. Sesungguhnya yang
berlebay-lebay itu temannya setan.
Begitulah Julia
cerita pesta pernikahan emak. Pada dasarnya perayaan pernikahan itu, dengan
mengundang kerabat, sanak keluarga dan seisi negeri, tujuannya adalah ingin
mengumumkan bahwa ada dua insan yang telah dinikahkan dan memohon doa agar yang
dinikahkan ini menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah. Sudah itu
saja cukup. Jadi kalau ditengok mereka jalan berduaan, tentu saja tidak ada
fitnah. Nah yang lain-lain itu adalah aksesorisnya saja. Ya, beginilah dunia
banyak yang terlalu indah. Sehingga keindahannya mampu membuai penghuninya.
***
Tulisan ini
terinspirasi dari tulisan lama Tere Liye yang saya coba daur ulang,hehe. Semoga
yang menulis (saya sendiri) dan yang membaca (siapa saja) sama-sama disadarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar