Minggu, 28 April 2013

Raja Pulang

           “Raja pulang.. Raja pulang..”
            “Mana?”
            “Disana.. Raja sudah pulang..”
            Kakek dan nenek bergegas menyambut Raja. 


***
            Raja melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah kecil. Rumah yang sederhana dan dipenuhi tanaman disana sini. Tepat di belakang rumah terdapat dua pohon rambutan. Di sebelah kanan rumah, tepat di muka teras berdiri kokoh pohon jambu air. Dipinggiran pagar rumah yang membungkus halaman ramai ditanami Kembang Nusa Indah. Ahh.. tidak ada yang berubah bukan. Rumah nenek masih sama dan selalu sama. Tidak ada yang berubah.
          
            Jelas saja, memori akan masa kecil Raja terekam hebat dalam ingatannya di rumah ini. Walau tidak tinggal di kota kecil ini, namun setiap menjelang hari raya Raja selalu pulang. Iya memang Raja selalu pulang

            Dibawah rindang pohon jambu air ini, ketika Raja berusia belum genap satu tahun, tangan Raja digenggam erat oleh kakek. Kakinya mulai belajar menapaki permukaan bumi. Berjalan masih tertatih. Seolah tempat favorit karena selalu ingin belajar berjalan dibawah rindangnya pohon jambu air. Lalu bagaimana dengan nenek. Nenek juga punya cara yang manis. Mengajak Raja bermain. Dimana? Tentu ditempat yang sama. Masih di halaman rumah yang sederhana ini. Manisnya ketika nenek memetik Kembang Nusa Indah untuk Raja. 

            Waktu kecil boleh jadi sebatas belajar berjalan. Seiring bertambahnya usia Raja sudah berlarian mengelilingi pohon jambu air. Celakanya ketika berusia tujuh tahun Raja sudah bisa manjat pohon ini hingga cabang tertinggi. Kabar baiknya, kakek selalu tersenyum melihat Raja. Sesekali mengingatkan, “Manjatnya pakai teknik yang kakek ajarkan ya..”. Kabar buruknya, nenek akan menjadi sangat cerewet dan siap berdiri di bawah pohon dengan bibir komat kamit, “Waduh..cucu nenek kalau jatuh bagaimana. Yuk Raja turun yuk..”. Apa reaksi Raja? Haha, tentu cuek saja. Sesekali melirik ke arah kakek yang duduk santai di teras sambil baca koran pura-pura tidak mendengar padahal memberi kode, “lanjutkan Raja..lanjutkan!”.

            Ketika pohon jambu air ini berbuah, tetangga akan berbondong-bondong membawa keranjang. Untuk apa? Tentu sebagai wadah jambu air yang sudah merah merekah. Kakek suka sekali membagikan jambu air ini kepada para tetangga. Kata kakek semakin banyak dibagikan semakin lebat pula buahnya. Tapi satu pesan nenek yang agak kontradiktif dengan kakek. Jangan sampai habis untuk tetangga. Sisakan untuk Raja. Persiapan untuk Raja pulang.

            Raja selalu mengatakan bahwa jambu air kakek tidak ada yang bisa menandinginya. Walau Bunda sering membelikan jambu air dari supermarket dan kata Bunda itu adalah jambu air yang diimpor dari luar negeri tapi tetap saja, bagi Raja jambu air kakek yang paling manis. Paling cocok untuk lidah Raja. Oleh karena itulah setiap dapat kabar dari kakek pohon jambu berbuah lebat Raja selalu ingin pulang

Selain karena jambu air kakek yang ajaib ini, membius Raja selalu ingin pulang. Ayah dan Bunda juga mengajarkan dan membiasakan untuk pulang. Kata Bunda sejauh kita melangkah, seberapa banyak orang yang kita temui, seberapa hebat yang sudah kita raih jangan lupakan satu hal. Jangan pernah lupa untuk pulang

Raja masuk ke rumah melalui pintu samping. Pintu masuk dari teras sebelah kanan. Kursi kecil terbuat dari rotan masih bertengger manis di sudut teras ini. Keren, kursi kecil ini hadiah ulang tahun Raja dari kakek ketika berusia empat tahun. Maklum, Raja kecil yang bermuka imut kalau duduk di teras ingin duduk kayak kakek juga. Duduk gaya orang dewasa. Jadilah kakek membelikan kursi rotan teras namun berukuran kecil. 

            “Assalamualaikum...”
            Hening. Tidak ada jawaban.
            “Assalamualaikum...”
            Tetap hening.
      Raja diam sejenak lalu menuju kursi kecil kesayangannya. Lagi, mengenang masa kecilnya....

***
            Sembari menunggu dibukakan pintu, kita biarkan Raja bernostalgia dengan kursi kecilnya. Mengenang masa kecilnya. Saya akan membocorkan satu hal. Hmm.. Kalian tahu, Raja adalah pemuda hebat. Usianya boleh jadi belum genap seperempat abad, tapi prestasi yang Ia torehkan melampaui kemampuan batas usianya. Terakhir pulang dan bercanda bersama kakek dan nenek ketika usianya tujuh belas. Kala itu baru lulus SMA dan hendak melanjutkan pendidikannya ke Amerika. Hari ini Raja pulang. Raja sudah tampak dewasa dan pulang tanpa ditemani Ayah dan Bunda. Raja rindu bermain bersama kakek dan nenek. Raja rindu jambu air ajaib kakek. 

***
Untuk kamu yang tengah diperantauan. Hingar bingar di negeri orang. Penat di ibukota. Beban memenuhi pundak. Helaan nafas terasa berat. Segera cari obatnya. Bisa jadi semua itu akan sirna hanya dengan pulang. Pulanglah, rumah mu menanti mu. Ingat rumah disini bukan sebatas bangunan ya. Ini bisa jadi orang tua, saudara, paman, bibi, nenek, kakek, teman kecil, lingkungan rumah, kebiasaan lama yang selalu menanti mu untuk pulang.  

Kata Silika,
“Apa yang membuat hati terasa gersang? Tiga hal, ketika jauh dari agama, keluarga dan kampung halaman.”


***
Catatan hati seorang wanita kecil. Dalam hatinya telah tertulis sebuah harapan bahwa kelak dimanapun Ia berada. Bersama siapapun Ia hidup. Ketika berbadan dua dan telah mencapai penghujung waktunya. Sang buah hati akan dilahirkan di kota kecilnya. Kota Prabumulih. Berharap sejauh apapun Ia melangkah, seberapa banyak orang yang Ia temui, seberapa hebat yang telah Ia raih. Ia akan selalu ingat kota kecil kelahirannya. Prabumulih, Prabu artinya Raja dan Mulih artinya Pulang. Agar kelak, ketika Ia telah menjadi orang sukses entah di belahan negeri mana, orang-orang akan bertanya, 

“Anda lahir dimana?”
“Prabumulih”
“Apa itu Prabumulih, I never heard it before
“Tempat dimana saya selalu ingin pulang.
***



28 April 2013, 23:40
Ingin pulang,
dan selalu menanti Raja pulang.

2 komentar: