Ini
adalah negeri Kakakatepe. Wah nama yang hebat! Apa penghuninya doyan makan
tempe? Hmm..Ocin tidak tahu pasti. Namun dapat dipastikan tempe selalu
menemani. Bisa jadi beberapa kali dalam satu minggu. Itu berarti dalam perut
warga Kakakatepe sudah penuh kacang kedele. Ya sudahlah, kita biarkan kacang
kedele berwujud tempe bersemayam di perut warga Kakakatepe.
Suatu hari Ocin menemani seorang
mahasiswa kebidanan yang bernama Amoy. Ocin dan Amoy melakukan kunjungan rumah
untuk memenuhi sebuah tugas. Ocin dan Amoy mengunjungi sebuah rumah sederhana.
Rumah sederhana yang dihuni empat kepala. Ketika Ocin dan Amoy datangi, si ibu,
hmm..sebut saja Ibu Cinta Kasih menyambut Ocin dan Amoy dengan hangat. Tujuan kunjungan
ini hendak ngobrol-ngobrol dengan Ibu Cinta Kasih dan tentu obrolan ini akan
berujung edukasi lah ya.
Baiklah, singkat cerita inilah kisah
seorang Ibu Cinta Kasih hasil obrolan kami.
Ibu Cinta Kasih berusia
empat puluh dua tahun tengah hamil delapan bulan. Selama masa kehamilannya baru
satu kali periksa kehamilan di Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan Ibu Cinta
Kasih ternyata hipertensi. Ibu Cinta Kasih memiliki dua anak. Anak pertama
seorang remaja puteri berusia empat belas dan yang kedua seorang pemuda kecil
berusia dua belas. Ibu Cinta Kasih tidak berniat hamil lagi. Dengan konsumsi
pil KB –yang tidak teratur—ternyata Ibu Cinta Kasih masih kebobolan.
Sampai disini Ocin dan Amoy
menyimpulkan kalau Ibu Cinta Kasih memiliki risiko tinggi pada kehamilan. Oke,
tidak cukup sampai disini, yuk dengerin ceritanya.
Terakhir ke Puskesmas Ibu
Cinta Kasih disarankan untuk periksa rutin sesuai jadwal dan rajin mengikuti
Kelas Ibu Hamil. Selain itu Ibu Cinta Kasih juga disarankan untuk dirujuk ke
rumah sakit. Lalu Ibu Cinta Kasih dibekali semua surat menyurat
(Kaka-Katepe-dll) sebagai administrasi menuju rumah sakit rujukan. Ibu Cinta
Kasih harus mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan
ultrasonografi. Selain itu, surat menyurat tersebut juga dipersiapkan untuk
kelahiran si cabang bayi. Seorang ibu hamil dengan risiko tinggi seperti Ibu
Cinta Kasih harus melahirkan di rumah sakit. Jika ada komplikasi obstetri tentu
akan ditangani oleh tenaga medis yang berkompetensi secara cepat.
Wuih, sekilas amanlah ya. Surat
rujukan sudah diberi. Semua urusan gratis.
Ibu Cinta Kasih tinggal datang saja ke rumah sakit rujukan tersebut. Di rumah
sakit rujukan juga gratis. Hanya
menunjukkan surat-surat administrasi tersebut akan langsung diperiksa tanpa
dimintai sepeserpun. Namun nyatanya...
Ibu Cinta Kasih tidak
memeriksakan kandungannya ke rumah sakit rujukan. Surat menyurat urusan
administrasi itu tersimpan manis di lemarinya. Mengapa Ibu Cinta Kasih tidak
tergerak untuk ke rumah sakit? Ternyata oh ternyata. Inilah mengapa Ocin dan Amoy
datang ke rumah Ibu Cinta Kasih. Ibu Cinta Kasih berprofesi sebagai ibu rumah
tangga. Sehari-hari membantu suaminya berjualan makanan keliling. Penghasilan
sehari tidak lebih dari lima puluh ribu. Itu kalau lagi beruntung. Suaminya
memiliki sebuah sepeda motor namun sejak dua bulan lalu disita karena tidak
bisa membayar angsuran. Untuk menuju ke Puskesmas cukup jau. Ibu Cinta Kasihharus
naik ojek dengan ongkos sekitar sepuluh ribuan. Pun menuju rumah sakit rujukan
lebih jauh lagi juga harus naik ojek dengan ongkos sekitar sepuluh sampai lima
belas ribuan. Jadi kalau pulang pergi naik ojek berapa? Ahh, hitung sendiri ya.
Oleh karena itu Ibu Cinta Kasih memilih tidak memeriksakan kandungannya.
Amoy
dan Ocin terdiam. Mau kasih Ibu Cinta Kasih sebuah motor tidak mungkin. Atau
mau bawa alat yang namanya ultrasonografi beserta dokter yang berkompetensi ke
rumah Ibu Cinta Kasih. Itu lebih tidak mungkin lagi.
Ternyata
pengobatan gratis tidak lantas menyelesaikan masalah ya. Masih ada sekelumit
permasalahan lain yang menghambat warga negeri Kakakatepe untuk mendapat
layanan kesehatan. Susahnya menggapai akses layanan kesehatan dengan cerita
diatas hanya salah satu contoh saja. Ocin dan Amoy yakin masih banyak bentuk
permasalahan lain di luar sana yang menghambat warga negeri Kakakatepe mendapat
layanan kesehatan.
Sejatinya
warga negeri Kakakatepe memiliki kesadaran penuh untuk peduli terhadap
kesehatan mereka sendiri. Berjuang untuk meraih apa yang mereka butuhkan.
Jangan menunggu disuapi. Ocin dan Amoy begitu sedih melihat Ibu Cinta Kasih
tidak ada perjuangan terhadap kehamilannya sendiri. Tapi lebih sedih lagi
mengetahui kalau sampai disinilah batas kemampuan Ibu Cinta Kasih.
Akhir
cerita, Ocin dan Amoy minta no hp Ibu Cinta Kasih. Selain bersilaturahmi,
harapannya kalau memang Ibu Cinta Kasih mau ke rumah sakit dan tidak ada
kendaraan Amoy dan kawan-kawan yang akan mengantar (mudah-mudahan bisa).
Setelah itu Ocin tidak tahu lagi kisahnya sebab Ocin telah usai bertugas di
Puskesmas. Terimakasih.
Semoga banyak dokter dan Bidan kayak Ocin dan Amoy.. Aamiin.. (Ocin panggilan Puput kan?)
BalasHapusAmin..
BalasHapusIya Aya, nama panggilan ku banyak; Andwi, Putri, Ocin, Uti, Puty haha
bagus semua namanya :D
Hapus