Senin, 29 April 2013

Negeri KakaKatepe

Ini adalah negeri Kakakatepe. Wah nama yang hebat! Apa penghuninya doyan makan tempe? Hmm..Ocin tidak tahu pasti. Namun dapat dipastikan tempe selalu menemani. Bisa jadi beberapa kali dalam satu minggu. Itu berarti dalam perut warga Kakakatepe sudah penuh kacang kedele. Ya sudahlah, kita biarkan kacang kedele berwujud tempe bersemayam di perut warga Kakakatepe. 

            Suatu hari Ocin menemani seorang mahasiswa kebidanan yang bernama Amoy. Ocin dan Amoy melakukan kunjungan rumah untuk memenuhi sebuah tugas. Ocin dan Amoy mengunjungi sebuah rumah sederhana. Rumah sederhana yang dihuni empat kepala. Ketika Ocin dan Amoy datangi, si ibu, hmm..sebut saja Ibu Cinta Kasih menyambut Ocin dan Amoy dengan hangat. Tujuan kunjungan ini hendak ngobrol-ngobrol dengan Ibu Cinta Kasih dan tentu obrolan ini akan berujung edukasi lah ya. 



            Baiklah, singkat cerita inilah kisah seorang Ibu Cinta Kasih hasil obrolan kami.

Ibu Cinta Kasih berusia empat puluh dua tahun tengah hamil delapan bulan. Selama masa kehamilannya baru satu kali periksa kehamilan di Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan Ibu Cinta Kasih ternyata hipertensi. Ibu Cinta Kasih memiliki dua anak. Anak pertama seorang remaja puteri berusia empat belas dan yang kedua seorang pemuda kecil berusia dua belas. Ibu Cinta Kasih tidak berniat hamil lagi. Dengan konsumsi pil KB –yang tidak teratur—ternyata Ibu Cinta Kasih masih kebobolan. 

            Sampai disini Ocin dan Amoy menyimpulkan kalau Ibu Cinta Kasih memiliki risiko tinggi pada kehamilan. Oke, tidak cukup sampai disini, yuk dengerin ceritanya.

Terakhir ke Puskesmas Ibu Cinta Kasih disarankan untuk periksa rutin sesuai jadwal dan rajin mengikuti Kelas Ibu Hamil. Selain itu Ibu Cinta Kasih juga disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit. Lalu Ibu Cinta Kasih dibekali semua surat menyurat (Kaka-Katepe-dll) sebagai administrasi menuju rumah sakit rujukan. Ibu Cinta Kasih harus mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan ultrasonografi. Selain itu, surat menyurat tersebut juga dipersiapkan untuk kelahiran si cabang bayi. Seorang ibu hamil dengan risiko tinggi seperti Ibu Cinta Kasih harus melahirkan di rumah sakit. Jika ada komplikasi obstetri tentu akan ditangani oleh tenaga medis yang berkompetensi secara cepat. 

            Wuih, sekilas amanlah ya. Surat rujukan sudah diberi. Semua urusan gratis. Ibu Cinta Kasih tinggal datang saja ke rumah sakit rujukan tersebut. Di rumah sakit rujukan juga gratis. Hanya menunjukkan surat-surat administrasi tersebut akan langsung diperiksa tanpa dimintai sepeserpun. Namun nyatanya...

Ibu Cinta Kasih tidak memeriksakan kandungannya ke rumah sakit rujukan. Surat menyurat urusan administrasi itu tersimpan manis di lemarinya. Mengapa Ibu Cinta Kasih tidak tergerak untuk ke rumah sakit? Ternyata oh ternyata. Inilah mengapa Ocin dan Amoy datang ke rumah Ibu Cinta Kasih. Ibu Cinta Kasih berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sehari-hari membantu suaminya berjualan makanan keliling. Penghasilan sehari tidak lebih dari lima puluh ribu. Itu kalau lagi beruntung. Suaminya memiliki sebuah sepeda motor namun sejak dua bulan lalu disita karena tidak bisa membayar angsuran. Untuk menuju ke Puskesmas cukup jau. Ibu Cinta Kasihharus naik ojek dengan ongkos sekitar sepuluh ribuan. Pun menuju rumah sakit rujukan lebih jauh lagi juga harus naik ojek dengan ongkos sekitar sepuluh sampai lima belas ribuan. Jadi kalau pulang pergi naik ojek berapa? Ahh, hitung sendiri ya. Oleh karena itu Ibu Cinta Kasih memilih tidak memeriksakan kandungannya. 

Amoy dan Ocin terdiam. Mau kasih Ibu Cinta Kasih sebuah motor tidak mungkin. Atau mau bawa alat yang namanya ultrasonografi beserta dokter yang berkompetensi ke rumah Ibu Cinta Kasih. Itu lebih tidak mungkin lagi. 

Ternyata pengobatan gratis tidak lantas menyelesaikan masalah ya. Masih ada sekelumit permasalahan lain yang menghambat warga negeri Kakakatepe untuk mendapat layanan kesehatan. Susahnya menggapai akses layanan kesehatan dengan cerita diatas hanya salah satu contoh saja. Ocin dan Amoy yakin masih banyak bentuk permasalahan lain di luar sana yang menghambat warga negeri Kakakatepe mendapat layanan kesehatan.   

Sejatinya warga negeri Kakakatepe memiliki kesadaran penuh untuk peduli terhadap kesehatan mereka sendiri. Berjuang untuk meraih apa yang mereka butuhkan. Jangan menunggu disuapi. Ocin dan Amoy begitu sedih melihat Ibu Cinta Kasih tidak ada perjuangan terhadap kehamilannya sendiri. Tapi lebih sedih lagi mengetahui kalau sampai disinilah batas kemampuan Ibu Cinta Kasih.

Akhir cerita, Ocin dan Amoy minta no hp Ibu Cinta Kasih. Selain bersilaturahmi, harapannya kalau memang Ibu Cinta Kasih mau ke rumah sakit dan tidak ada kendaraan Amoy dan kawan-kawan yang akan mengantar (mudah-mudahan bisa). Setelah itu Ocin tidak tahu lagi kisahnya sebab Ocin telah usai bertugas di Puskesmas. Terimakasih.

3 komentar:

  1. Semoga banyak dokter dan Bidan kayak Ocin dan Amoy.. Aamiin.. (Ocin panggilan Puput kan?)

    BalasHapus
  2. Amin..

    Iya Aya, nama panggilan ku banyak; Andwi, Putri, Ocin, Uti, Puty haha

    BalasHapus