Halo pecinta kucing sejagat raya!
Saya bukan termasuk pecinta kucing, tapi kalau saya tiba-tiba jatuh cinta sama
kucing terus saya berubah wujud jadi kucing terus ngecengin kucing terus
pacaran sama kucing terus beranak kucing dan akhirnya jadi seorang ibu kucing.
Oh My God, nggak akan lah ya. Sebenernya kucing merupakan hewan yang sering
dijadiin bahan kebohongan para orang tua. Simak kisah berikut, seorang anak
kecil bernama Luki minta dibeliin mainan baru sama mamanya,
“Ma..beliin mobil-mobilan baru
ma, mobilan yang bisa terbang!”
“Hhaa..ada ya mobilan yang bisa
terbang?” jawab mama sambil mikir *wadduuhh..pasti mahal...
“Nanti ya mama beliin kalau si
Ncun (kucing peliharaan) sudah
bertanduk” jawab si mama sambil ngelus-ngelus Ncun.
Jadilah setiap hari Luki ini
ngelus-ngelus Ncun. Bangun pagi-pagi pasti langsung nyari Ncun buat dielus-elus,
pulang sekolah ngelus Ncun, terus mainnya sama Ncun dan waktu mau tidur ngelus
Ncun, berharap si Ncun bakal tumbuh dan bertanduk lalu mama beliin mobilan yang
bisa terbang. Nanti waktu ibu gurunya di sekolah nanya,
“Kalian sebelum tidur ngapain
dulu?”
“GOSOK GIGI..”
“BACA DOA..”
“CUCI KAKI DAN TANGAN..”
“CIUM MAMA..”
“Luki ngapain sebelum tidur?”
tanya bu guru
“NGELUS-NGELUS NCUN..” jawab Luki
sambil ngelus Ncun dibawah kolong meja, ternyata si Ncun ikutan ke sekolah.
Saking obsesinya menunggu Ncun
tumbuh tanduk dan kayaknya memang nggak bakal tumbuh tanduk jadilah si Luki
copotin tanduk badak mainannya terus diiket pakai karet di kuping Ncun.
“Mamaaaaa....Ncun sudah tumbuh
tanduk!”
Mama
terdiam, berdecak kagum atas kreatifitas si Luki. Ya..akhirnya terpaksa mama
membelikan mobilan yang bisa terbang. Sebenernya ini trik yang sering dipakai
bapak saya waktu saya masih kecil dulu setiap ada permintaan saya yang aneh,
misalnya saya minta sama bapak saya gimana caranya saya ini jadi ibu peri terus
bapak saya bingung lalu bilang nunggu kucing bertanduk, karena saya pikir
kucing nggak tumbuh-tumbuh tanduknya, ya sudahlah saya pasrah dan akhirnya saya
lupa. Coba kalo saya sekreatif si Luki, mungkin sekarang saya sudah jadi ibu
peri, nah..nah..nah..nah..okelah lupakan masalah tanduk menanduk, kucing memang
nggak akan pernah tumbuh tanduk. Kalau sampai ada kucing yang bertanduk, terus
liat kita pake baju merah langsung deh diseruduk, nggak keren kan kalo tersiar
berita seorang mahasiswa pingsan akibat diseruduk kucing. Disini saya cuma
berniat bercerita, cerita tentang si kucing. Chekibbroott!!
Suatu
ketika datang seekor kucing perempuan datang ke kosan kami. Kucing ini bunyinya
meong-meong, mukanya cupu warnanya merah jambu. Maklum datangnya di hari
valentine jadi membawa kesan romantis. Mohon maaf ini hanya imajinasi konyol si
penulis! Si kucing warnanya putih abu-abu, mukanya lusuh dan perutnya gendut (tampaknya
sedang hamil). Entah kenapa, suatu kebetulan ketika si kucing datang, beberapa
anggota GMC1 yang berjenis kelamin laki-laki juga lagi kumpul di kosan.
Lalu apa hubungannya si kucing sama anggota GMC berjenis kelamin laki-laki?
Sepertinya si kucing memang benar lagi hamil dan minta pertanggungjawaban sama
salah satu salah dua atau semua anak-anak cowo ini *curigaa..
“Saya hamil
tujuh hari setengah, tolong nikahi saya?” ujar si kucing dengan mata
berkaca-kaca.
Para lelaki
ini pun saling pandang, berusaha mengingat kapan terakhir kali main sama
kucing.
Si kucing sepertinya memang lagi
hamil terbukti adanya tanda-tanda klinis pada seekor kucing perempuan hamil,
misalnya payudara tegang dan membesar, puting susu menghitam dan pantatnya jadi
lebih bahenol kalau jalan geol-geol (Ssstt...sebenernya saya sendiri bingung
mana payudaranya, mana puting susunya, mana pantatnya). Oh ya Ada satu lagi
tandanya yang kadang nggak kita sadari, apa itu? Si kucing jadi lebih genit,
suka nempel-nempel berharap dibelai *dasar kucing jablai..
Kedatangan
si kucing benar-benar menarik perhatian kami. Setelah kami tanya, kami
pandangi, kami nilai sepertinya si kucing perempuan baik-baik dan dari keluarga
baik-baik. Jadilah kami berniat mengajaknya hidup bersama kami di gubuk derita
ini dan berkata,
“Cing..kami ngerti keadaan kamu,
kami ngerti perasaan kamu, mari hidup bersama kami disini”
“Terimakasih atas kebaikan
kalian, memang sesama perempuan kita harus saling menyayangi” balas si kucing
sambil benerin bulu mata.
Kehadiran si kucing sebenarnya
membawa pro dan kontra. Zelfi cewe melayu yang amat pembersih ini mana mau
menerima kucing tinggal di kosan kami. Jangan kan soal kucing, nyuci daun
seledri aja mesti pakai antiseptik, apalagi kucing, bisa-bisa dicukur bulunya sampe
gundul baru boleh tinggal serumah.
Lain lagi sama si Tika, gadis yang
memiliki alis tebal ini tergila-gila sama kucing, lebih sayang sama kucing
daripada pacarnya Rizky, jadi wajar kalo setiap hari Rizky bertingkah seperti
kucing demi merebut perhatian Tika. Misal kalau lagi kumpul makan-makan bareng,
tiba-tiba Rizky nempel di piring Tika,
“MEOOONNGG....” gigit ikan goreng
terus ke sudut ruangan sendirian gigitin ikannya.
“Ahhh...makin cinta deh sama
Rizky” ngelus-ngelus Rizky seperti ngelus kucing.
Lalu saya? Sebenernya saya nggak
terlalu suka sama kucing, karena saya punya memori buruk tentang kucing. Waktu
kelas dua SD di depan mata kaki saya seekor kucing ngejer-ngejer sepupu saya,
Mela. Karena dikejer kucing Mela harus manjat pintu rumah terus jatuh. Hati
saya tercabik-cabik, lho kok hati saya yang tercabik-cabik? Bukan.. bibirnya Mela
robek dan berdarah, darahnya ngocor, ruangan sampe banjir dan saya kelelep,
saya boong! Beneran kok tentang bibirnya Mela yang berdarah saya nggak boong.
Karena kejadian itu Mela sempet dirawat dirumah sakit dan hingga kini bekasnya
masih tertinggal disudut bibir Mela, berkat seekor kucing. Kembali ke cerita kucing tadi, akhirnya malam
itu kami sepakat merawat kucing dengan beberapa syarat:
1. Kucing harus dimandikan dengan bersih, Full body service!
Akhirnya kami bertiga malam itu memandikan kucing. Saya
menyiapkan sebaskom air, shampo dan sabun mandi. Zelfi pun menyiapkan handuk
dan bersiap-siap mengunci pintu kamar mandi dan Tika yang megangin si kucing. Disiram
sedikit sedikit, “Miaawww...Miaaww....” kucingnya menghindar, ditangkep sama si
Tika, saya siram dikit lagi si kucing teriak lagi, lalu dishampoin sama si
Zelfi, eh si kucing makin teriak, setiap kucingnya teriak kami juga teriak,
nggak cuma teriak si kucing juga lompat kami juga lompat. Jadilah kami berempat
teriak-teriak dan lompat-lompat bareng sambil nyanyi kita kan selalu bersama dalam suka duka...lalalala..(Lah..jadi, ini
mana kucing mana manusia?). Ide kebersihan Zelfi muncul lagi, serasa kurang
afdol kalo cuma shampo biasa si kucing harus dishampoin dengan shampo anti
ketombe bermerek Selsun. Ditotol totol dikepalanya. Tapi kok shampo anti
ketombe ya..pernah denger ada kucing ketombean? Kalo kucing kutuan iyaa..Hmm..
Aksi memandikan kucing pun selesai. Kucing senang kami pun riang.
2. Kucing harus dikasih antibiotik.
Lagi-lagi Zelfi yang meminta kalo kami harus memastikan
kalau si kucing bebas kuman, jadi Zelfi buru-buru googling antibiotik apa yang harus diberikan.
“Hhaa...clyndamicin....!!!”, ujar Zefi semangat. Saya juga sempet nanya sama
temen yang kuliah di kedokteran hewan perihal profilaksis kucing dari infeksi
toxoplasmosis. Si kucing belum sempat diinjeksi terlanjur sudah
berpisah..hiks..hiks..(baca endingnya ya), bingung mau nyuntiknya dimana dan dosisnya
berapa, salah-salah bisa fatal. Takutnya karena kami salah kasih obat, eh si
kucing malah berubah wujud jadi singa, serem kan!
3. Kucing harus terjaga makannya.
Banyak kucing yang suka makan tikus. Sebenernya ada beberapa
ekor tikus di kosan kami, tapi bukan berarti si kucing disuruh makan tikus ya,
justru kami takut kalo kucing makan tikus, takutnya muntah, muntahnya di
tumpukan baju, bajunya baju koas pula, terus kami nggak bisa ngoas, terus kami
bolos, terus kami kena marah, terus..terus..terus..awas ya kalo ada apa-apa
kamu tanggung jawab ya cing..!!. Urusan makan bisa dibilang aman, kami juga
sering masak, jadi bisa disisihkan juga apa yang kami masak spesial buat si
kucing. Tak jarang kami berempat kompromi mau masak apa,
“Masak apa kita siang ini?”
“Ikan laut..” jawab si kucing
“Masak apa kita nanti malam?”
“Ayam..” jawab si kucing lagi
“Masak apa kita besok?”
“Cumi..” jawab si kucing lagi
“Masak apa kita malam besok?”
“Udang..” jawab si kucing lagi
“Masak apa kita besoknya lagi?”
“Gurameeee...”
*PLAAAAKKK....si kucing kena
gampar pake teplon, bisa bokek lama-lama nurutin mau mu cing!!! Tapi si kucing
pengertian kok, dia makan apa yang kami makan. Si kucing juga punya tempat
makan dan tempat minum sendiri.
4. Kucing harus terjaga buang airnya.
Ini nih yang repot, kami nggak tahu kapan dia eek kapan dia
pipis, takutnya dia eek dan pipis di tempat yang nggak selayaknya. Pengennya
sih ada semacam toilet training sama
kayak ngelatih anak usia dua tahun, kalo eek suruh aja bilang EEKKKK..kalo mau
pipis suruh aja bilang UUUKKK... tapi kan itu anak kecil, lah ini si kucing kan
udah dewasa, udah hampir jadi emak kucing, pasti punya habit sendiri yang susah
dirubah. Untuk yang satu ini kami pasrah, terserah deh mau eek dan pipis dimana
aja asal jangan di area terlarang, digepok kepalamu cing sampe penyet sama mbak
Zelfi.
5. Kucing harus selalu bersih.
Nah ini nih yang repot, nggak pernah kan denger ada sandal atau
baju buat kucing, tapi beneran Zelfi malah punya ide pengen buatin baju buat si
kucing. Hhaa..entahlah saya geli aja ngebayangin si kucing pake baju merah
jambu dengan renda-renda, duileee...terus besok besok banyak kucing jantan
nangkring depan kosan yang mau PDKT.
Malam itu
nggak bisa dipungkiri kami bahagia serasa punya anggota keluarga baru. Si kucing
guling guling manja di tempat tidur, persis gaya Tika tidur, ngulet ngulet.
Tapi Zelfi lebih ngerasa kalo dia yang tidurnya gaya kucing, hmm..sebenarnya
kami bertiga adalah cewe bergolongan darah B yang tidurnya pakai gaya kucing,
namun pada kenyataannya cuma Tika yang tidur gaya kucing, kalo Zelfi lebih
mirip gaya kodok, nah saya gimana? Ngomongin orang aja! Sepertinya saya mirip
lumba-lumba, tidurnya lompat lompat, makanya kalo lagi malam hari kosan saya
suka goyang,krik..krik..
Kebahagiaan
itu hanya sesaat besoknya kami bertiga berangkat ke rumah sakit sesuai jadwal
masing-masing dan kami nggak mungkin mengurung si kucing sendirian dikosan,
tapi kalo kami lepas takutnya kotor lagi kan repot kalo tiap hari harus mandiin
kucing,hiks,,hiks,,akhirnya dengan berat hati si kucing kami lepas dengan
sebelumnya melakukan perjanjian tersirat,
“Cing kamu boleh hidup bebas
diluar sana dan sesekali main-main kesini lagi tapi jangan kotor-kotor ya
badannya!”
“Miaaww..Miaaaaww...” kucingnya
pergi dengan langkah tertatih.
Dan hingga saat ini si kucing
nggak datang lagi. Apa sudah brojol ya? Kalopun sudah lahiran semoga anaknya
sehat sehat lucu lucu dan ada yang berniat merawat. Tuh.. belajar dari seekor
kucing perempuan yang tengah hamil, mampu bertahan dari kejamnya dunia sendirian
dengan perut gendutnya. Ketika nulis ini saya nggak bisa nahan air mata, nangis
sejadi-jadinya, nangis bombay....hiks..hiks..sekian! Salam Meong Meong...
1 GMC: kepanjangan dari Gelang Merah Company yang
merupakan kelompok belajar penulis.