Tik tok tik
tok..jam dinding berbunyi. Saya hanya terdiam. Tiba-tiba teringat akan nasihat
wanita kecil yang usianya jauh di bawah kami. Namanya adalah Atiyah. Haha,
mohon maaf ya dek kalo penulisan namamu salah. Sebab ketika menulis ini, kakak
sedang tidak berada di samping kakakmu untuk menanyakan yang benarnya.
Atiyah adalah
adik dari teman saya. Ia mengenyam pendidikan di sebuah pesantren. Badannya
gede banget. Pernah si Atiyah ini berkunjung ke kosan kami, nyaris ga ada baju
yang muat buat dipinjemin untuk dia. Beruntung kak Andwi juga punya adek yang
badannya lebih gede dari kak Andwi, jadilah Atiyah pakai baju si Sindy. Suatu hal
di luar perkiraan, kamu suka banget ya dek baca novel. Semangat ngubek-ngubek
rak buku kakak. Apa itu, hmm.. Remember
When ya yang kamu baca diem-diem waktu itu, haha. Maklum mama kamu ga izinin
kamu baca kayak begituan ya. Kakak kamu juga ga suka baca dek, dia mah doyannya
baca text book kedokteran dek :P.
Dulu saya
hanya kenal si Atiyah ini dari foto. Teman saya sering memperlihatkan foto
adiknya. Ketika adiknya berkesempatan datang, tepat ketika dia duduk di kelas 2
SMP. Dia sudah tumbuh jadi seorang remaja, jauh sekali dari gambaran foto yang
pernah saya lihat. Teman saya ini beruntung, sebab sering mendapat nasihat dari
adiknya. Jadilah saya tersadar...
“Ini bukan tentang siapa lebih
tua, bukan tentang siapa yang duluan lahir, tapi tentang siapa lebih diberi
kesempatan belajar, memahami dan menyampaikan dengan bijak”
Pernah suatu
ketika, Atiyah menasihati kakaknya, “Kakak..berbusanalah yang syar’i, sebab kalau
tidak, kakak akan berbuat dosa. Ketika kakak melangkah ke luar rumah, setiap langkah
kakak akan mengajak papa ke neraka. Kasihan papa kak..”. Saat itu saya hanya
senyum mendengar teman saya bercerita tentang ini. Namun, sekarang seiring
berjalannya waktu saya jadi berpikir,
“Terkadang rezeki tidak selalu
berupa materi, datang nasihat baik juga rezeki.”
Wah, rezeki
teman saya bisa diingatkan oleh adiknya. Tapi bukankah saya yang kecipratan
cerita dari teman saya juga rezeki buat saya. Apakah rezeki itu berlalu begitu
saja? Apa sempat mampir di pemikiran saya?. Rezeki itu kini beranak pinak
hingga saya berniat menuliskannya di blog, haha.
Well, teman saya hanya dua bersaudara dan semuanya perempuan. Jadi laki-laki
yang paling cakep di rumahnya ya ayahnya. Lalu saya? Saya punya ayah, satu kakak
laki-laki dan satu adik laki-laki. Jadi kalau saya tidak sesuai nasihat adiknya
temen saya tadi, bakal ada tiga orang dong ya yang saya ajak ke neraka. Sebab seorang
perempuan adalah tanggung jawab ayahnya, saudara laki-lakinya dan suaminya
(kalo sudah bersuami). Astaghfirullah, semoga dijauhkan. Berarti tanggung jawab
saya untuk menjaga diri jauh lebih besar dibanding teman saya.
Sungguh
beruntung apabila kita berada di dekat orang-orang yang senantiasa mengingatkan
dan menasihati. Namun diri sendiri pun bisa menjadi pengingat dan penasihat
untuk diri sendiri. Inilah mengapa saya ingin menulis disini, suatu saat ketika
saya dibuat lupa, mungkin tulisan inilah yang megingatkan. Lupa lagi baca lagi,
diingetin lagi. Lupa lagi baca lagi. Lupa lagi baca lagi. Haha, dan seterusnyaaaaaa
hingga suatu saat siapa tahu anak saya yang baca, yah...supaya nanti anak (perempuan)
saya diingatkan bahwa setiap langkahnya membawa tanggung jawab ayahnya, iya
ayahnya, ya berarti suami saya dong, wekekekekekekekek...
***
Buat Atiyah
di manapun kamu berada, nasihat kamu sederhana dek. Niatnya cuma buat kakak
kamu. Terus kakak kamu cerita sama kak Andwi. Terus kakak menuliskannya disini.
Disini berharap ada yang nyasar, haha. Lalu mengambil manfaat dari tulisan ini.
Terus pengunjung yang nyasar tersebut entah menulis lagi atau menyampaikan lagi
ke orang lain. Terus orang lain itu menyambung nasihat itu ke orang lain lagi.
Terus terus dan seterusnyaaa.. jadi apa namanya ini dek? Inilah yang disebut
rantai kebaikan, semoga pahalamu mengalir. Mengalir seperti air surga. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar