Selasa, 05 Januari 2016

Khayalan Unyul: Matahari




Jalan-jalan sore. Naila bersama Amiq. 

Mencari sisi terindah sudut kota. Senja.

“mataharinya bagus…” Naila membuka kaca mobil.

Amiq mengeluarkan kameranya. Menghidupkan dan mengatur pembukaan lensa, pencahayaan dan apasaja. 

Amiq lebih paham semuanya.

Naila hanya bisa memotret alakadarnya. Tapi cintanya dengan fotografi, cinta cinta sekali.

Amiq mengambil foto matahari tenggelam.

“mataharinya bagus..” Amiq.

“iya mataharinya bagus..” Naila.

“matahari ga hanya bagus tapi baik. Baik sekali..”

“oh ya?”

Amiq menarik nafas. Matanya menatap jauh ke arah matahari yang mulai tenggelam. “matahari selalu tepat janji. Sore ini Ia pergi, besok pasti datang lagi. Pasti”

“Matahari ga pernah ngambek ya sama bumi. Seburuk apapun bumi. Makhluk-makhluk bumi maksudnya, matahari ga pernah pergi”

Amiq mengangguk.

Amiq menoleh ke arah Naila, “kalo ada soal pilihan ganda ditanya kamu mau jadi apa? a. bulan b. bumi c. matahari”

“MATAHARI”

“yakin mau jadi matahari?”

Naila mengangguk.

“Aku ingin punya hati yang luas, bisa tepat janji, selalu memaafkan dan selalu datang lagi lagi dan lagi. Ga pernah pergi”

“yakin mau jadi matahari?” Amiq bertanya lagi.

“ehh..tapi lebih ingin lagi dicintai oleh matahari. Selalu ditepati janji, selalu dimaafkan, dan selalu didatangi lagi lagi dan lagi. Ga pernah ditinggal pergi”

“Mataharinya sudah hilang. Mari kita pulang. Besok matahari pasti datang lagi. Kita juga datang lagi, mengambil foto matahari lagi. Kita sama-sama belajar jadi matahari. Hmm.. besok mau nemenin aku ngambil foto matahari lagi?”

Naila mengangguk. Setuju.

“janji mau nemenin aku lagi?”

“Janji. Janji matahari..” Naila mengikat dua kelingkingnya tanda berjanji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar