Selasa, 05 Januari 2016

Doa Tanpa Untaian Kata





Neno (kakak perempuan ibu saya),
“lusa neno berangkat umroh. Silahkan tulis doa-doa kalian. Nanti di tanah suci neno doakan…..”
Setiap pena menggores kertas. Menguntai kata. Lantunan doa. Berharap diijabah.
Lalu kertas-kertas itu terkumpul di tangan neno.

…..

Pukul dua malam dini hari.
Aku memeluk neno, mengucapkan selamat jalan dan tenang beribadah.

…..

Dan sepertinya neno tersenyum geli. Dari beberapa tumpukan kertas itu. Ada sebuah kertas yang hanya bertuliskan,

“A-n-d-w-i-p-u-t-r-i-l-i-k-a   b-i-n-t-i    U-s-m-a-n”

“Putri, kamu minta didoain apa?”

Sejujurnya saya sendiri bingung. Bukan saya sombong dengan Allah. Justru karna saya malu meminta. Apa saya sudah layak banyak meminta sedang saya belum banyak berbuat.
Dalam hati berdesis,

“neno, sebutkan saja nama Putri disana, Putri sudah bahagia sekali. Neno, sampaikan ucapan syukur Putri untuk semua nikmat. Allah pasti tahu dan memberikan yang terbaik untuk Putri. Putri hanya menjalani sebaik-baik yang dapat Putri usahakan….neno, terimakasih ya…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar