Selasa, 04 Agustus 2015

Abi si Detektif Cilik




 Ini adalah cerita beberapa waktu lalu, ketika terjadi sebuah kasus pencurian kulkas di salah satu Puskesmas Pembantu cabang Puskesmas tempat saya bertugas. Kala itu, setelah mendengar kabar pencurian itu, kami (dokter Dwi selaku pimpinan puskesmas, Abi anaknya dokter Dwi, saya, dokter Adet dan dua perawat) segera bergegas mengunjungi Pustu yang mengalami pencurian itu. Sesampainya di Pustu, kami disambut oleh seorang perawat yang bertugas menjaga Pustu tersebut karena posisi rumahnya tak jauh dari Pustu.

Kami memeriksa barang-barang apasaja yang dicuri selain kulkas. Selain itu mempelajari dari celah mana si pencuri bisa masuk ke Pustu. Ternyata si pencuri masuk ke dalam Pustu melewati jendela yang teralinya berhasil mereka lepaskan dari bibir jendela. Ketika yang lain sibuk mengamati ruang obat-obatan yang berhasil dimasuki pencuri, saya justru keluar Pustu dan berjalan menuju arah belakang. Untuk apa? Yuk ahh…. Kita jadi detektif amatiran dulu. 

Ternyata dapat dipastikan setelah berhasil mengeluarkan kulkas dari ruang obat-obatan, si pencuri membawa kulkas ke belakang Pustu dan mengeluarkan isi kulkas. Lalu membawa pergi kulkas tersebut. Namun, ada yang menarik perhatian saya, yakni jejak jejak kaki yang tersebar di halaman belakang beserta pagar kawat yang roboh. Saya mengamati tiap jejak kaki, ukurannya, motif alas kaki dan arahnya. Ketika ditelusuri, bisa diamati dari mana datangnya si pencuri, berapa jumlah orangnya dan pergi ke arah mana. 

Coba bayangkan, pada bagian sudut pagar kawat, tampak kawat yang dirobohkan secara paksa, lalu terlihat jejak kaki disana, jarak antar kaki lumayan jauh, tekanan terhadap tanah tidak begitu dalam. Ini bisa disimpulkan arah datangnya pencuri. Jejak itu menghilang hingga di batas teras Pustu. Lalu temuan jejak kaki yang lain, di arah yang berlawanan. Jejak jejak kaki yang tidak beraturan, sulit dinilai jumlahnya karena tumpang tindih, selain itu tekanan menginjak tanah begitu dalam. Ini bisa disimpulkan arah pencuri pulang, tekanan jejak kaki menjadi dalam karena si pencuri membawa beban berat yakni kulkas hasil curian. Jarak antar jejak kaki juga tidak terlalu jauh karena ketika membawa beban berat langkah kaki pasti terbatas. Hal lain yang juga menunjang, terdapat jejak roda motor dari dua arah yang berlawanan. Sepertinya kulkas dibawa dengan sepeda motor. Ada dua sepeda motor, satu untuk memebawa hasil curian, satu untuk berjaga-jaga di luar, tentu saja anggota komplotan juga. 

Oh ya, saya lupa, ketika melakukan pengamatan ini saya ditemani Abi, bocah laki-laki usia delapan yang doyan main game. Saya dan Abi berdiskusi kecil membuat simpulan-simpulan versi kami. Lalu diskusi berakhir setelah dokter Dwi mengajak kami ke kantor polisi untuk mengadukan kasus ini. 

Sesampainya di kantor polisi, kami beramai-ramai memasuki ruang ibu Kapolsek (kapolseknya polwan, kece banget dah..) untuk melaporkan kasus ini. Yang melaporkan kasus ini adalah mba perawat yang bertugas menjaga Pustu, sebab mba perawat inilah yang tahu kronologisnya. Ibu kapolsek memanggil asistennya untuk membuat berita acara pengaduan. Seketika terjadi hal yang mengejutkan, si Abi laki-laki kecil yang gendut berkaca mata tebal mendekat kea rah Ibu kapolsek dan meminta izin untuk duduk di hadapan beliau. Ibu Kapolsek mempersilahkan.

“Ibu Kapolsek, saya mendapati beberapa temuan di area pencurian. Di belakang Pustu teradapat jejak jejak kaki…. Bla bla bla bla bla bla bla bla 834vhjdhjgeh#@$#%”

Abi menjelaskan semua temuannya dan simpulan yang tadi didapat hasil diskusi kecil di belakang Pustu. Ibu Kapolsek melongo beberapa saat, begitu pula kami yang melihatnya. Setelah melaporkan hasil temuannya, si Abi permisi undur diri dan kembali duduk di antara kami. Wajahnya tenang, seperti gaya orang dewasa. Saya masih terbengong bengong memandangi si Abi. Nggak nyangka bocah usia delapan bisa segitu beraninya dan dengan gaya ala orang dewasa. Padahal tadi ketika mengamati jejak jejak kaki itu, ya maksud saya Cuma lucu-lucuan aja, mengajak Abi jadi sok sok detektif gitu, nggak tahu kalo bakal disampaikan ke Ibu Kapolsek. Zzzttttttt……

Pengaduan selesai, aksi selanjutnya kami kembali lagi ke TKP beserta bapak bapak polisi untuk olah TKP. Tapi sayangnya, bapak bapak polisi hanya mengamati area pencurian di ruang obat-obatan, nggak pake cara si Abi yang olah jejak jejak kaki, haha. 

Demikianlah cerita ini saya buat dengan sadar tanpa dipaksa sama Abi *loh? Haha. Sebenernya saya agak kewalahan ngobrol sama Abi karena pasca duet jadi detektif amatiran, si Abi malah banyak tanya sama saya. Misal, bertanya tentang kejahatan pencurian hewan yang tertulis di dinding kantor polsek yang dia baca. Dia juga nanya, apakah kura-kura kesayangannya di rumah berpotensi dicuri juga. Katanya kura-kura itu aseli berasal dari kepulauan Galapagos dan kalau sudah berusia Sembilan puluh dua tahun bakal sebesar meja. Wah… Imajinasi si Abi udah kemana-mana, saya jadi kewalahan sendiri, -_______-“.

Pesan moral cerita ini; hey..fasilitas negara mari kita jaga sama-sama. Kan buat kita juga. Ternyata yang dicuri tidak hanya kulkas, tapi sepaket alat persalinan (partus set). Nah loh gimana kalo istri si pencuri mau lahiran, lahirannya dadakan di Pustu itu, nggak ada alatnya karena dicuri sama suami yang mau lahiran.. wkwkwkwk 

Pesan konyol cerita ini: jangan suka ngasal ngajak bocah jadi detektif amatiran, nggak tahu kan gimana imajinatifnya bocah jaman sekarang dan bisa bertindak diluar dugaan, haha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar