Senin, 10 Maret 2014

Sore Bersama Jasmine



Ketika matahari sudah mulai meredupkan cahayanya, aku teringat tentang sebuah janji. Iya, aku memiliki janji untuk mengunjungi seorang sahabat. Sahabat lama ketika masih duduk di bangku SMA. Sebut saja si Jasmine. Lalu bersama Mela aku membeli sebuah kado dan diantar menuju ke rumah Jasmine. Setibanya di depan rumah Jasmine, aku mendapati sebuah tenda sudah terpasang. Dari bibir pintu aku lihat dekorasi rumah tengah dipasang. Lalu wajah Jasmine tampak bersinar dari kejauhan. Assalamualaikum….. ucapku. Waalaikum salam… Jasmine menjawab dengan senyum sumringah, ditambah ekspresi wajah terkejut, melihat aku sudah di depan rumahnya.

Jasmine mempersilahkan aku masuk. Aku sangat terkesima melihat pelaminan sederhana di dalam rumahnya. Akupun dipersilahkan duduk di ruang tengah. Kurang dari sepuluh menit aku duduk, Jasmine memanggilku. Aku diajak masuk ke kamarnya. Subhanallah, ini sebuah kamar sederhana namun istimewa. Betapa tidak, aku menikmati kesederhanaan dalam kamar Jasmine. Dengan nuansa abu-abu lembut diselingi kuning keemasan. Iya, inilah surga dunia bagi Jasmine. Hadiah terindah bagi yang berbuka puasa. Aku benar-benar jatuh hati….

Aku dan Jasmine saling bertatap muka. Saling menunjukkan wajah bahagia. Setidaknya hari ini, Allah memberikan kami kesempatan untuk bersua, berbagi cerita dan tertawa bersama. Sore yang mengesankan, aku mendengar kisah pertemuan Jasmine dengan calon suaminya. Hanya bertemu satu kali, dilanjutkan dengan lamaran dan hingga hari pernikahan barulah Jasmine berjumpa lagi dengan suaminya. Subhanallah, aku selalu percaya bahwa Allah memiliki cara terbaik bagi dua insan yang berniat baik menyempurnakan separuh agamanya.

Tiba-tiba di sudut kamar aku mendapati sebuah papan yang bertuliskan sebuah doa. Aku penasaran, lalu aku bertanya untuk apa papan itu. Jasmine menjelaskan bahwa papan itu tertulis doa untuk pengantin, yang nanti akan di letakkan tepat di muka rumah. Setiap tamu yang datang, ketika membaca papan itu maka terucap doa untuk Jasmine dan suaminya. Sungguh, yang menjadi harapan dari kedatangan para tamu tidak lain tidak bukan, lantunan doa yang tulus. Tanpa aku sadari mataku berkaca-kaca.

Hari semakin sore, bahkan matahari sudah hendak bersembunyi di balik kaki langit. Dipenghujung perjumpaan kami, Jasmine mengatakan bahwa Ia sangat bahagia atas kedatanganku sore  itu, lalu bertanya mengapa aku segitunya ingin berjumpa dengannya. Dengan senyum termanis tingkat dewa, aku menjawab pertanyaannya, tentu karena aku  tahu setelah menikah Jasmine pasti akan turut suami dan entah kapan kami punya kesempatan untuk berjumpa.  Lalu aku izin pulang. Perjumpaan sore itu ditutup dengan pelukan hangat antara dua sahabat.

Allah selalu punya penjelasan mengapa menggerakkan aku untuk mengunjungi Jasmine sore itu. Sepulang dari rumah Jasmine, seolah mendapatkan materi pelajaran baru dan aku mencoba untuk merangkai intisari dari materi pelajaran itu.

“Bahwa Allah maha baik, yang senantiasa menjawab permintaan hambaNya dengan cara terbaikNya. Bahwa tentang sebuah pernikahan adalah bersatunya dua insan yang didekatkan karena Allah. Bahwa tentang sebuah perayaan pernikahan adalah ketika orang-orang dengan tulus mendoakan, tulus mendoakan, dan tulus mendoakan. Bahwa kesederhanaan yang ditujukan hanya karena Allah, membuat kita paham semua yang bergeser dari psrinsip dasar dapat melenakan, lupa bahwa itu hanya keindahan dunia dan penilaian manusia semata.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar