Ketika
matahari sudah mulai meredupkan cahayanya, aku teringat tentang sebuah janji.
Iya, aku memiliki janji untuk mengunjungi seorang sahabat. Sahabat lama ketika
masih duduk di bangku SMA. Sebut saja si Jasmine. Lalu bersama Mela aku membeli
sebuah kado dan diantar menuju ke rumah Jasmine. Setibanya di depan rumah Jasmine,
aku mendapati sebuah tenda sudah terpasang. Dari bibir pintu aku lihat dekorasi
rumah tengah dipasang. Lalu wajah Jasmine tampak bersinar dari kejauhan. Assalamualaikum….. ucapku. Waalaikum salam… Jasmine menjawab dengan
senyum sumringah, ditambah ekspresi wajah terkejut, melihat aku sudah di depan
rumahnya.
Jasmine
mempersilahkan aku masuk. Aku sangat terkesima melihat pelaminan sederhana di
dalam rumahnya. Akupun dipersilahkan duduk di ruang tengah. Kurang dari sepuluh
menit aku duduk, Jasmine memanggilku. Aku diajak masuk ke kamarnya.
Subhanallah, ini sebuah kamar sederhana namun istimewa. Betapa tidak, aku
menikmati kesederhanaan dalam kamar Jasmine. Dengan nuansa abu-abu lembut
diselingi kuning keemasan. Iya, inilah surga dunia bagi Jasmine. Hadiah
terindah bagi yang berbuka puasa. Aku benar-benar jatuh hati….
Aku
dan Jasmine saling bertatap muka. Saling menunjukkan wajah bahagia. Setidaknya
hari ini, Allah memberikan kami kesempatan untuk bersua, berbagi cerita dan
tertawa bersama. Sore yang mengesankan, aku mendengar kisah pertemuan Jasmine
dengan calon suaminya. Hanya bertemu satu kali, dilanjutkan dengan lamaran dan
hingga hari pernikahan barulah Jasmine berjumpa lagi dengan suaminya.
Subhanallah, aku selalu percaya bahwa Allah memiliki cara terbaik bagi dua insan
yang berniat baik menyempurnakan separuh agamanya.
Tiba-tiba
di sudut kamar aku mendapati sebuah papan yang bertuliskan sebuah doa. Aku
penasaran, lalu aku bertanya untuk apa papan itu. Jasmine menjelaskan bahwa
papan itu tertulis doa untuk pengantin, yang nanti akan di letakkan tepat di
muka rumah. Setiap tamu yang datang, ketika membaca papan itu maka terucap doa
untuk Jasmine dan suaminya. Sungguh, yang menjadi harapan dari kedatangan para
tamu tidak lain tidak bukan, lantunan doa yang tulus. Tanpa aku sadari mataku
berkaca-kaca.
Hari
semakin sore, bahkan matahari sudah hendak bersembunyi di balik kaki langit. Dipenghujung
perjumpaan kami, Jasmine mengatakan bahwa Ia sangat bahagia atas kedatanganku
sore itu, lalu bertanya mengapa aku
segitunya ingin berjumpa dengannya. Dengan senyum termanis tingkat dewa, aku
menjawab pertanyaannya, tentu karena aku
tahu setelah menikah Jasmine pasti akan turut suami dan entah kapan kami
punya kesempatan untuk berjumpa. Lalu aku
izin pulang. Perjumpaan sore itu ditutup dengan pelukan hangat antara dua
sahabat.
Allah
selalu punya penjelasan mengapa menggerakkan aku untuk mengunjungi Jasmine sore
itu. Sepulang dari rumah Jasmine, seolah mendapatkan materi pelajaran baru dan
aku mencoba untuk merangkai intisari dari materi pelajaran itu.
“Bahwa Allah maha baik,
yang senantiasa menjawab permintaan hambaNya dengan cara terbaikNya. Bahwa
tentang sebuah pernikahan adalah bersatunya dua insan yang didekatkan karena
Allah. Bahwa tentang sebuah perayaan pernikahan adalah ketika orang-orang
dengan tulus mendoakan, tulus mendoakan, dan tulus mendoakan. Bahwa
kesederhanaan yang ditujukan hanya karena Allah, membuat kita paham semua yang
bergeser dari psrinsip dasar dapat melenakan, lupa bahwa itu hanya keindahan
dunia dan penilaian manusia semata.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar