Saya
adalah seseorang pecinta anak-anak. Bagi saya senyum anak-anak mampu
melumpuhkan dunia #eaaaaa. Mungkin agak berlebihan namun memang demikian
kenyataannya. Saya tertarik sekali mengamati tingkah anak-anak. Tingkah mereka
beragam, aneh dan lucu. Setiap proses tumbuh kembangnya menyimpan misteri. Ibu
adalah seseorang yang paling setia menunggu dan menerka-nerka misteri itu. Tapi
tahukah kalian, dibalik misteri-misteri itu ada campur tangan kita. Ada campur
tangan manusia seperti kita yang mungkin tidak sengaja memberi corak pada
misteri itu. Penasaran apa yang saya maksud? Mari luangkan waktu sejenak,
izinkan saya mengajak kalian yang kebetulan nyasar di blog saya dan tidak sengaja
baca tulisan ini untuk berimajinasi.
Masihkah
kalian ingat masa-masa kecil kalian? Saya rasa masih ya, karena memang pada
dasarnya kita dibekali long term memory. Lain
hal jika ada diantara kita yang doyan nari-nari di atas loteng terus jatuh,
terus kepalanya kejedot, terus amnesia #abaikan. Nah, sebenarnya apa yang ada
pada diri kita saat ini merupakan akumulasi waktu-waktu yang kita lewati sejak
lahir hingga detik ini. Selain orang tua, keluarga, sahabat, dan guru-guru
di sekolah, tentu ada manusia-manusia lain yang pernah tanpa sengaja terlihat
oleh kita. Mungkin sempat berinteraksi atau bahkan hanya sekedar bertemu dalam
hitungan detik. Tapi siapa yang menjamin pertemuan yang hanya hitungan detik
itu ternyata ada ‘sesuatu’. Ternyata Allah menitipkan ‘sesuatu’ itu yang
ditransfer kepada kita, yang kita bawa hingga saat ini. Dalam hal ini ‘sesuatu’
itu memiliki banyak arti.
Baiklah,
akan lebih asik kalau kita ambil contoh ya. Misalnya, seseorang anak laki-laki
usia 7 tahun berdiri di depan pagar sekolah menanti bundanya menjemputnya.
Sembari menunggu sang bunda yang belum datang, si anak menunggu sambil
mengamati jalanan di depan pagar sekolah. Ternyata tepat di seberang pagar ada
nenek yang mau menyebrang. Lalu seorang manusia entah siapa saja dari mana saja
berkenan menyebrangkan nenek tersebut. Momen itu hanya terjadi lebih kurang
tujuh belas detik. Ya, si anak melihat namun sebatas melihat. Beberapa tahun
kemudian ketika si anak dalam kondisi yang sama dengan manusia tadi, bisa jadi
si anak melakukan hal yang sama yakni menyebrangkan nenek tua. Boleh jadi hal
ini tidak ia dapatkan dari orang tua, saudara, teman-teman, dan guru-guru di sekolah.
Tapi ia dapatkan dari seorang manusia yang entah siapa dan darimana.
‘Sesuatu’
yang saya maksud dapat berupa banyak hal. Contoh yang paling sederhana saja,
senyuman. Kalau kita membiasakan tersenyum kepada anak-anak. Entah berapa
persen, namun pasti ada, saya yakin ada. Tertanam dipikiran mereka juga untuk
tersenyum. Contoh lain untuk hal negatif, misalnya ada seorang pemuda merokok
di depan anak-anak, aduhai saya sangat mencemaskan hal ini. Anak-anak akan
melihat, mengamati dan menangkapnya sebagai suatu hal yang baik-baik saja untuk
mereka lakukan. Oleh karena itu untuk seluruh kaum perokok, sah-sah saja jika
kalian ingin merokok tapi mohon jangan di depan anak-anak ya. Please….
Ada
banyak hal ‘sesuatu’ itu. Setelah saya gambarkan contoh sederhana di atas
mungkin kalian sudah punya gambaran sesuatu-sesuatu yang lain versi
kalian,hehe. Nah, oleh karena itulah tanpa kita sadari kita semua adalah guru
untuk semua anak-anak yang pernah bertemu dengan kita dan lingkungan adalah
sekolahnya. Mungkin kita belum jadi guru yang cukup baik namun kita selalu bisa
mengusahakan untuk tidak menjadikan anak-anak di sekitar kita menjadi lebih
buruk.
Adakah
diantara kalian yang bertanya, mengapa saya hanya menyoroti anak-anak? Toh segala
contoh kebaikan atau keburukan yang ditangkap baik oleh manusia dewasa atau
manusia usia anak-anak sama saja. Sama-sama berpotensi menginspirasi mereka. Namun
saya pribadi dan mungkin milyaran seisi negeri ini, berharap dari anak-anak.
Iya anak-anak. Jikalau di gedung KPK orang-orang sedang memproses ratusan kasus
korupsi yang diperbuat oleh manusia dewasa. Ya sudahlah, kita masih punya
manusia-manusia kecil, yang isi kepalanya dan isi hatinya kita ajarkan hal-hal
baik dan pemahaman baik.
Saya
berharap tulisan ini tidak sengaja dibaca oleh anak-anak usia muda yang mungkin
baru belajar baca. Saya sangat bahagia jikalau hari ini mereka hanya membaca
namun belum paham, karena pemahaman itu tidak selalu datang pada saat itu juga.
Bisa jadi duluan, bisa jadi saat itu, bisa jadi beberapa waktu kemudian, atau
bisa jadi tidak akan datang sama sekali. Semua itu sudah ada pengaturannya.
Allah selalu mempunyai alasan mengapa begini mengapa begitu.
Tulisan
sederhana ini bertujuan membuka mata hati bukan mata kaki, bahwa ternyata kita
semua adalah guru dan lingkungan kita adalah sekolah bagi anak-anak di sekitar
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar