Minggu, 09 Maret 2014

Kita adalah Guru dan Lingkungan adalah Sekolah




Saya adalah seseorang pecinta anak-anak. Bagi saya senyum anak-anak mampu melumpuhkan dunia #eaaaaa. Mungkin agak berlebihan namun memang demikian kenyataannya. Saya tertarik sekali mengamati tingkah anak-anak. Tingkah mereka beragam, aneh dan lucu. Setiap proses tumbuh kembangnya menyimpan misteri. Ibu adalah seseorang yang paling setia menunggu dan menerka-nerka misteri itu. Tapi tahukah kalian, dibalik misteri-misteri itu ada campur tangan kita. Ada campur tangan manusia seperti kita yang mungkin tidak sengaja memberi corak pada misteri itu. Penasaran apa yang saya maksud? Mari luangkan waktu sejenak, izinkan saya mengajak kalian yang kebetulan nyasar di blog saya dan tidak sengaja baca tulisan ini untuk berimajinasi.

Masihkah kalian ingat masa-masa kecil kalian? Saya rasa masih ya, karena memang pada dasarnya kita dibekali long term memory. Lain hal jika ada diantara kita yang doyan nari-nari di atas loteng terus jatuh, terus kepalanya kejedot, terus amnesia #abaikan. Nah, sebenarnya apa yang ada pada diri kita saat ini merupakan akumulasi waktu-waktu yang kita lewati sejak lahir hingga detik ini. Selain orang tua, keluarga, sahabat, dan guru-guru di sekolah, tentu ada manusia-manusia lain yang pernah tanpa sengaja terlihat oleh kita. Mungkin sempat berinteraksi atau bahkan hanya sekedar bertemu dalam hitungan detik. Tapi siapa yang menjamin pertemuan yang hanya hitungan detik itu ternyata ada ‘sesuatu’. Ternyata Allah menitipkan ‘sesuatu’ itu yang ditransfer kepada kita, yang kita bawa hingga saat ini. Dalam hal ini ‘sesuatu’ itu memiliki banyak arti.

Baiklah, akan lebih asik kalau kita ambil contoh ya. Misalnya, seseorang anak laki-laki usia 7 tahun berdiri di depan pagar sekolah menanti bundanya menjemputnya. Sembari menunggu sang bunda yang belum datang, si anak menunggu sambil mengamati jalanan di depan pagar sekolah. Ternyata tepat di seberang pagar ada nenek yang mau menyebrang. Lalu seorang manusia entah siapa saja dari mana saja berkenan menyebrangkan nenek tersebut. Momen itu hanya terjadi lebih kurang tujuh belas detik. Ya, si anak melihat namun sebatas melihat. Beberapa tahun kemudian ketika si anak dalam kondisi yang sama dengan manusia tadi, bisa jadi si anak melakukan hal yang sama yakni menyebrangkan nenek tua. Boleh jadi hal ini tidak ia dapatkan dari orang tua, saudara, teman-teman, dan guru-guru di sekolah. Tapi ia dapatkan dari seorang manusia yang entah siapa dan darimana.

‘Sesuatu’ yang saya maksud dapat berupa banyak hal. Contoh yang paling sederhana saja, senyuman. Kalau kita membiasakan tersenyum kepada anak-anak. Entah berapa persen, namun pasti ada, saya yakin ada. Tertanam dipikiran mereka juga untuk tersenyum. Contoh lain untuk hal negatif, misalnya ada seorang pemuda merokok di depan anak-anak, aduhai saya sangat mencemaskan hal ini. Anak-anak akan melihat, mengamati dan menangkapnya sebagai suatu hal yang baik-baik saja untuk mereka lakukan. Oleh karena itu untuk seluruh kaum perokok, sah-sah saja jika kalian ingin merokok tapi mohon jangan di depan anak-anak ya. Please….

Ada banyak hal ‘sesuatu’ itu. Setelah saya gambarkan contoh sederhana di atas mungkin kalian sudah punya gambaran sesuatu-sesuatu yang lain versi kalian,hehe. Nah, oleh karena itulah tanpa kita sadari kita semua adalah guru untuk semua anak-anak yang pernah bertemu dengan kita dan lingkungan adalah sekolahnya. Mungkin kita belum jadi guru yang cukup baik namun kita selalu bisa mengusahakan untuk tidak menjadikan anak-anak di sekitar kita menjadi lebih buruk.

Adakah diantara kalian yang bertanya, mengapa saya hanya menyoroti anak-anak? Toh segala contoh kebaikan atau keburukan yang ditangkap baik oleh manusia dewasa atau manusia usia anak-anak sama saja. Sama-sama berpotensi menginspirasi mereka. Namun saya pribadi dan mungkin milyaran seisi negeri ini, berharap dari anak-anak. Iya anak-anak. Jikalau di gedung KPK orang-orang sedang memproses ratusan kasus korupsi yang diperbuat oleh manusia dewasa. Ya sudahlah, kita masih punya manusia-manusia kecil, yang isi kepalanya dan isi hatinya kita ajarkan hal-hal baik dan pemahaman baik.

Saya berharap tulisan ini tidak sengaja dibaca oleh anak-anak usia muda yang mungkin baru belajar baca. Saya sangat bahagia jikalau hari ini mereka hanya membaca namun belum paham, karena pemahaman itu tidak selalu datang pada saat itu juga. Bisa jadi duluan, bisa jadi saat itu, bisa jadi beberapa waktu kemudian, atau bisa jadi tidak akan datang sama sekali. Semua itu sudah ada pengaturannya. Allah selalu mempunyai alasan mengapa begini mengapa begitu.

Tulisan sederhana ini bertujuan membuka mata hati bukan mata kaki, bahwa ternyata kita semua adalah guru dan lingkungan kita adalah sekolah bagi anak-anak di sekitar kita.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar