Selamat Pagi!
Apakabar kalian hari ini? Semoga senantiasa baik dan diisi dengan rasa
bersyukur. Bukankah dengan kita bersyukur, Sang Pemilik Bumi dan Langit akan
menambahkan nikmatNya lagi dan lagi di esok hari. Sekedar ingin menumpahkan
cerita satu hari ini. Boleh jadi cerita saya tentang hari ini tidak begitu
bermakna. Tapi siapa yang menjamin kalau ternyata ada insan-insan yang merasa
ditemani dengan adanya tulisan ini. Insan-insan yang menghabiskan waktunya seharian
penuh di balik tumpukan kertas, di gedung pencakar langit, atau yang
menghabiskan harinya di tengah pekatnya polusi ibukota, atau yang tengah
menghadapi peliknya masalah kehidupan sehingga untuk bernafas terasa begitu
sesak, atau juga yang berada di sudut pulau ditemani oleh sekelompok
nyamuk-nyamuk nakal. Ketika menutup satu hari ini, menyempatkan mengintip blog ini guna mencari
tahu apakah ada tulisan terbaru. Haha, saya ke-PD-an ya. Bukan, sungguh bukan saya
ke-PD-an. Saya berpikir demikian karena menurut saya setiap orang berpeluang
untuk terdampar disini. Siapapun, dari suku manapun dan kapanpun. Oleh karena
itu, jika ada yang bisa dipetik dari setiap tulisan di blog ini alhamdulillaah,
jika tidak pun tidak mengapa. Saya selalu yakin bahwa selalu ada alasan mengapa
Allah membuat jemari kalian untuk membuka laman ini baik sengaja maupun tidak
sengaja. Walau tidak cukup menginspirasi minimal bisa menemani. Iya, menemani.
‘’Menulislah jika tulisanmu mampu mengubah.
Menulislah jika tulisanmu mampu memberi. Jika tidak keduanya, maka tetap
menulislah, karena boleh jadi tulisanmu dapat menemani.’’
Hey, hari ini seolah membayar
janji yang telah lama menggantung, janji yang ditunggu guna membantu teman
sejawat. Iya, hutang janji itu adalah menemani teman saya yang bernama Rivemi
Gusyanti (Koas Gigi paling kece) mencari pasien gigi. Kali ini edisi pasien
anak-anak. Mungkin muka saya lebih mirip pawang anak-anak, jadilah siang tadi
kami isi dengan berburu anak-anak di kawasan kosan saya.
Kami awali dengan makan siang
bersama. Selain guna mengisi energi, momen makan siang juga diisi dengan cerita
hana hene. Memang dasarnya tukang cerita dan masing-masing kami tempat
menumpahkan cerita satu sama lain. Jadi kalau sudah lama tak jumpa, entah ada
berapa chapter yang rasanya sudah ketinggalan cerita,haha. Selesai makan siang
kami langsung bergegas beranjak menuju lapangan hijau kecil tepat di samping
kosan saya. Ahhaa, mata kami berbinar-binar. Kami mendapati beberapa anak yang
tengah asik bermain. Kami akan mengusik permainan mereka. Kami ganti dengan
pemeriksaan gigi sederhana oleh Vemi. Kedatangan kami mengejutkan mereka.
Beberapa ada yang tampak semangat namun beberapa lainnya malah takut dan
menolak untuk diperiksa.
Tingkah anak-anak selalu dan
selalu menarik. Ada yang sudah menyatakan takut dan tidak mau diperiksa namun
sekejap keputusannya berubah melihat ada temannya yang berani diperiksa.
Iyaa..bisa dibilang mereka tidak mau kalah. Dengan gesit Vemi mencatat nama,
usia dan temuan pemeriksaan. Setelah semua anak sudah diperiksa, kami
melanjutkan aksi berikutnya. Apakah itu? Tentunya menemui orang tua mereka
untuk minta izin apakah boleh dilakukan pengobatan. Alhamdulillaah semua orang
tua yang kami temui selalu bersedia memberikan izin anaknya untuk diberi
perawatan. Si Vemi melakukan aksi negosiasi jadwal. Ada anak yang tidak bisa
memenuhi jadwal yang Vemi tawarkan karena bertabrakan dengan jadwal sekolah si
anak. Apa boleh buat, tidak jodoh namanya.
Perburuan anak-anak ini kami
lanjutkan lagi dengan dipandu oleh seorang gadis kecil dan pemuda kecil. Mereka
adalah Cinta dan Ridho. Lucu sekali, dipandu mereka kami mengunjungi dari rumah
ke rumah. Menanyakan apakah ada anak kecil usia TK atau SD. Khususnya yang ada
keluhan sakit gigi. Ajaibnya Cinta dan Ridho hafal semua rumah yang isinya ada
anak-anak dan memaksa kami mengunjungi setiap rumah itu walaupun kondisi rumah
tertutup. Satu hal yang kami (saya dan Vemi) pahami bahwa energi anak-anak itu
jauh lebih besar daripada kami. Buktinya kami ngos-ngosan ngikutin setiap
langkah Cinta dan Ridho. Memasuki setiap lorong-lorong dan mengetuk
pintu-pintu. Haha, kalau kalian mendapati dua orang gadis yang keliling
kampung. Mohon buka pintunya. Jangan takut, dua gadis itu bukan mau minta
sumbangan kok. Hanya ingin menanyakan apakah ada anak kecil yang punya keluhan
sakit gigi,hahaha.
Mengingat hari semakin sore.
Matahari juga sudah mau undur diri. Kamipun memutuskan untuk mengakhiri
perburuan kami. Padahal si dua bocah masih semangat mengajak kami
keliling-keliling. Masih banyak rumah yang belum dikunjungin katanya.Haha,
semoga lain waktu kita bisa melanjutkan pencarian ya. Alhamdulillaah, Vemi
sudah mengantongi beberapa nama. Esok hari jika jadwalnya cocok, anak-anak itu
sudah bisa dibawa ke Rumah sakit Khusus Gigi dan Mulut yang letaknya tidak jauh
dari kosan saya.
Ayuk Vemi lagi periksa gigi ^^ |
Hai..nama saya Kiki, sekolah TK, berani sama dokter gigi! |
Saya Ridho, bocah paling ganteng sejagat rayaaaa |
Hiks..Saya Cinta, saya takut periksa gigi. Gimanaaa dong T_______T |
lalalalalala....kami mau mengaji ayukkk.... ^^ |
Ciyeeeee....berangkat ngaji bareng euy...wkwk |
HUAHAHAHAHA...itu si Kiki sampe ngepor! |
Hayoooo...semua unjuk gigi! |
Pesan konyol dari tulisan ini
adalah tolong amankan anak anda. Jangan biarkan mereka main sendirian di
lapangan terbuka. Anak-anak tersebut berpotensi terjaring dalam perburuan
kami,hihihihi.
Pesan moral dari tulisan ini
adalah aksi kecil-kecilan ini semoga bermanfaat buat si anak dan si Vemi. Buat
anak-anak, ya giginya bisa lebih sehat terus belajarnya produktif terus
prestasinya bagus terus proses pendidikannya lancar dan bisa mencapai cita-cita
sesuai harapan. Buat si Vemi, ya semoga jadi dokter gigi yang bermanfaat.
Selalu inget ya Vem, bahwa kamu akan jadi dokter gigi yang hebat nanti.
Ajaibnya ilmu itu bersumber dari gigi manusia-manusia kecil yang kita temuin
hari ini.
Sukabangun, 18
Maret 2014
Di sudut kamar
Kosan Cinta