Dear Ayah,
Kalau
ditanya siapa perempuan yang merasa beruntung di dunia? Maka Naila akan angkat
tangan. Bukan hanya itu, kalau memang harus berbaris dan mengantri dalam sebuah
barisan di bawah terik matahari, maka Naila akan ambil posisi. Paling depan
bisa jadi. Tidak peduli terik matahari akan menyelinap dari pori-pori jilbab
Naila dan menembus ke isi kepala Naila. Tidak peduli kaki menjadi letih. Tidak
peduli keringat akan bercucuran.
Adalah
seorang Naila, anak Ayah yang dulu mengucap atam-tiyam-tuyu untuk
delapan-sembilan-sepuluh. Anak Ayah yang dulu minta dibuatkan rambut panjang
dari kain yang dibalutkan di kepala. Anak Ayah yang dulu takut naik gajah tapi
tetap Ayah dudukkan di atas gajah. Anak Ayah yang ditarik kerah bajunya, lalu Ayah
giring dengan sedikit berlari ketika Naila belajar bersepeda. Anak Ayah yang
diajak masuk hutan, turun ke sungai, berkenalan dengan suku kubu, mengendarai truck, mengangkat dongkrak, menjual
ikan, dan makan lotek di persimpangan kebun. Anak Ayah yang Ayah sebut
kalkulator Ayah ketika menghitung barang dagangan Ayah. Ya, inilah Naila anak Ayah.
Ayah,
dulu Naila bertanya-tanya mengapa begitu pelik kehidupan kita. Begitu randomnya
apasaja yang Ayah ajak lakukan bersama Naila. Tapi sekarang Naila sadar,
semuanya bermakna Ayah. Sungguh bermakna. Naila bangga sekaligus bahagia pernah
mengendarai truck bersama Ayah di
tengah hutan, melewati puluhan meter jalanan berlumpur. Kata Ayah, untuk bisa
melampaui jalanan berlumpur itu Naila harus marah, dengan marah Naila akan
berani, dengan berani Naila menjadi yakin. Keren sekali bukan. Anak perempuan
mana yang punya pengalaman begini. Naila bangga sekaligus bahagia semasa kecil
pernah dimarah oleh Ayah, waktu di kereta Naila meminta tisu dengan penumpang
sebelah. Kata Ayah, apa yang Naila butuhkan bilang sama Ayah. Sebisa mungkin
tidak meminta, kalau bisa memberi lebih baik. Tentang menjadi tegar, mandiri,
kuat, tegas, santun dan tulus, semuanya sudah Ayah contohkan. Ayah selalu
bilang, anak perempuan Ayah bukan anak cengeng apalagi manja. Anak perempuan Ayah
adalah bintang.
Ayah sama
sekali tidak pernah berkata kasar namun tak pula berlemah lembut. Ayah selalu
apa adanya, Naila suka semua tentang Ayah. Ayah yang tidak pernah menuntut. Ayah
hanya selalu bertanya, Naila ada masalah apa dan bantuan apa yang Naila butuh
dari Ayah. Ayah yang tidak pernah mengekang. Ayah hanya membebaskan namun
memantau. Ayah menjaga Naila sekaligus memberi ruang Naila belajar dengan cara
yang Naila suka. Dari sini Naila belajar arti demokrasi dan bertanggung jawab.
Ayah, Naila
anak perempuan yang beruntung. Naila paham, Ayah menaruh harapan besar pada Naila.
Tentang arti kerja keras, hidup sederhana dan apa adanya. Bab itu sudah Ayah
ajarkan semua. Mungkin nanti ketika Naila akan memulai hidup baru dengan teman
hidup Naila, hanya sebuah koper, beberapa buku dan karakter yang melekat pada
diri Naila yang Naila bawa. Maafkan Naila jika nyatanya apa yang menjadi
harapan Ayah tidak sepenuhnya bisa Naila berikan dan tunjukkan pada Ayah. Namun
satu hal, Naila akan selalu menjaga kehormatan Naila, karena itu sama halnya
dengan menjaga kehormatan Ayah.
Ayah,
entah mengapa Naila merasakan sebuah kekhawatiran. Apakah kelak teman hidup
Naila bisa sesabar Ayah menemani Naila makan yang amat lamban ini. Bisa setia
mendengar semua impian-impian dan rencana masa depan Naila. Bisa tulus menerima
kekonyolan Naila. Bisa tahan berjam-jam berdiskusi apasaja di meja makan
bersama Naila. Bisa selalu membuat Naila tersenyum. Bisa menghibur Naila dikala
sedih. Bisa membuat Naila merasa aman dan nyaman. Satu hal yang paling penting,
bisa mengajarkan merasa cukup dan selalu bersyukur kepada Naila, seperti yang
Ayah lakukan.
Ayah,
bila nanti ada seseorang yang dengan berani menemui Ayah untuk mengambil Naila
dari Ayah, tolong jelaskan, hal yang paling mendasar dibutuhkan Naila adalah
perlakuan baik, sebagaimana Ayah memperlakukan Naila. Sesederhana itu. Cinta
Naila mungkin akan terbagi, kepada Ia yang menjadi teman hidup Naila. Tapi
yakinlah, Ayah akan selalu ada dalam doa Naila.
Ayah,
kelak Naila akan menjadi seorang istri juga seorang ibu. Tapi di hadapan Ayah,
Naila akan selalu seperti puteri kecil Ayah yang rindu disayang dan dipeluk
Ayah.
Naila
sayang Ayah.
With
love,
Naila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar