Minggu, 28 Juni 2015

Cerpen Surat (1): Surat Naila untuk Ayah




Dear Ayah,

Kalau ditanya siapa perempuan yang merasa beruntung di dunia? Maka Naila akan angkat tangan. Bukan hanya itu, kalau memang harus berbaris dan mengantri dalam sebuah barisan di bawah terik matahari, maka Naila akan ambil posisi. Paling depan bisa jadi. Tidak peduli terik matahari akan menyelinap dari pori-pori jilbab Naila dan menembus ke isi kepala Naila. Tidak peduli kaki menjadi letih. Tidak peduli keringat akan bercucuran.

Adalah seorang Naila, anak Ayah yang dulu mengucap atam-tiyam-tuyu untuk delapan-sembilan-sepuluh. Anak Ayah yang dulu minta dibuatkan rambut panjang dari kain yang dibalutkan di kepala. Anak Ayah yang dulu takut naik gajah tapi tetap Ayah dudukkan di atas gajah. Anak Ayah yang ditarik kerah bajunya, lalu Ayah giring dengan sedikit berlari ketika Naila belajar bersepeda. Anak Ayah yang diajak masuk hutan, turun ke sungai, berkenalan dengan suku kubu, mengendarai truck, mengangkat dongkrak, menjual ikan, dan makan lotek di persimpangan kebun. Anak Ayah yang Ayah sebut kalkulator Ayah ketika menghitung barang dagangan Ayah. Ya, inilah Naila anak Ayah.

Ayah, dulu Naila bertanya-tanya mengapa begitu pelik kehidupan kita. Begitu randomnya apasaja yang Ayah ajak lakukan bersama Naila. Tapi sekarang Naila sadar, semuanya bermakna Ayah. Sungguh bermakna. Naila bangga sekaligus bahagia pernah mengendarai truck bersama Ayah di tengah hutan, melewati puluhan meter jalanan berlumpur. Kata Ayah, untuk bisa melampaui jalanan berlumpur itu Naila harus marah, dengan marah Naila akan berani, dengan berani Naila menjadi yakin. Keren sekali bukan. Anak perempuan mana yang punya pengalaman begini. Naila bangga sekaligus bahagia semasa kecil pernah dimarah oleh Ayah, waktu di kereta Naila meminta tisu dengan penumpang sebelah. Kata Ayah, apa yang Naila butuhkan bilang sama Ayah. Sebisa mungkin tidak meminta, kalau bisa memberi lebih baik. Tentang menjadi tegar, mandiri, kuat, tegas, santun dan tulus, semuanya sudah Ayah contohkan. Ayah selalu bilang, anak perempuan Ayah bukan anak cengeng apalagi manja. Anak perempuan Ayah adalah bintang.

Ayah sama sekali tidak pernah berkata kasar namun tak pula berlemah lembut. Ayah selalu apa adanya, Naila suka semua tentang Ayah. Ayah yang tidak pernah menuntut. Ayah hanya selalu bertanya, Naila ada masalah apa dan bantuan apa yang Naila butuh dari Ayah. Ayah yang tidak pernah mengekang. Ayah hanya membebaskan namun memantau. Ayah menjaga Naila sekaligus memberi ruang Naila belajar dengan cara yang Naila suka. Dari sini Naila belajar arti demokrasi dan bertanggung jawab.

Ayah, Naila anak perempuan yang beruntung. Naila paham, Ayah menaruh harapan besar pada Naila. Tentang arti kerja keras, hidup sederhana dan apa adanya. Bab itu sudah Ayah ajarkan semua. Mungkin nanti ketika Naila akan memulai hidup baru dengan teman hidup Naila, hanya sebuah koper, beberapa buku dan karakter yang melekat pada diri Naila yang Naila bawa. Maafkan Naila jika nyatanya apa yang menjadi harapan Ayah tidak sepenuhnya bisa Naila berikan dan tunjukkan pada Ayah. Namun satu hal, Naila akan selalu menjaga kehormatan Naila, karena itu sama halnya dengan menjaga kehormatan Ayah.

Ayah, entah mengapa Naila merasakan sebuah kekhawatiran. Apakah kelak teman hidup Naila bisa sesabar Ayah menemani Naila makan yang amat lamban ini. Bisa setia mendengar semua impian-impian dan rencana masa depan Naila. Bisa tulus menerima kekonyolan Naila. Bisa tahan berjam-jam berdiskusi apasaja di meja makan bersama Naila. Bisa selalu membuat Naila tersenyum. Bisa menghibur Naila dikala sedih. Bisa membuat Naila merasa aman dan nyaman. Satu hal yang paling penting, bisa mengajarkan merasa cukup dan selalu bersyukur kepada Naila, seperti yang Ayah lakukan.

Ayah, bila nanti ada seseorang yang dengan berani menemui Ayah untuk mengambil Naila dari Ayah, tolong jelaskan, hal yang paling mendasar dibutuhkan Naila adalah perlakuan baik, sebagaimana Ayah memperlakukan Naila. Sesederhana itu. Cinta Naila mungkin akan terbagi, kepada Ia yang menjadi teman hidup Naila. Tapi yakinlah, Ayah akan selalu ada dalam doa Naila.

Ayah, kelak Naila akan menjadi seorang istri juga seorang ibu. Tapi di hadapan Ayah, Naila akan selalu seperti puteri kecil Ayah yang rindu disayang dan dipeluk Ayah.

Naila sayang Ayah.


With love,
Naila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar