Selamat pagi!
Sebuah ide pikiran yang sudah sedari lama menari-nari di kepala saya,
lalu turun merosot ke lengan hingga ke sela-sela jari. Untuk apa? Untuk diteruskan
menjadi kata-kata, kalimat dan sebuah cerita. Cerita tentang pengalaman
beberapa waktu lalu yang terus menghantui saya. Baiklah, akan saya beri judul
untuk tulisan ini “Liliput VS Pencopet”.
Tepatnya pertengahan tahun 2009, Liliput bersama tiga sahabatnya, Zelfi,
Sisca dan Tika menghabiskan hari Minggu di kota Palembang. Sejak awal kuliah
tahun 2008 hingga penghujung 2009 aktivitas perkuliahan dilakukan di kampus
Inderalaya, otomatis tinggal di Inderalaya dan ke Palembang hanya sesekali guna
memenuhi satu dua jadwal kuliah atau sekedar refreshing.
Singkat cerita hari itu empat gadis manis itu jalan-jalan dan membeli
keperluan mereka. Liliput hari itu membeli sebuah tas ransel baru yang selama
ini diidam-idamkan, sedangkan ketiga sahabatnya menemani dan memberi masukan
mana tas yang enak dilihat versi mereka. Tas itu dibeli di salah satu mall di
Palembang. Setelah itu mereka melanjutkan petualangan ke Pasar Enam Belas.
Waahh…denger namanya aja sudah serem ya. Lebih serem dari mamang mamang berkulit
hitam, berjenggot dan pasang mata melotot yang nangkring di lampu merah sambil
merokok,wkwkwk. Mereka naik angkot dan turun tepat di bawah jembatan Ampera. Mereka
berempat berjalan kaki menelusuri taman di bawah jembatan Ampera. Zelfi, Sisca dan
Tika ngeledekin Liliput dengan pura-pura jalan menjauhi Liliput sambil bilang, ”ciyeeeee….yang
tas baruuu…”. Mendengar ledekan itu, otomatis membuat Liliput berlari-lari
kecil menjauhi ketiga sahabatnya itu sambil ketawa dan berkata, “iya
dongggg….”. Liliput melengos kearah yang berlawanan dari ketiga sahabatnya itu
dan berbalik lagi untuk mendekati setelah hitungan beberapa detik. Disinilah Liliput
mendapati aksi seorang pencopet.
Pencopet Gembul: Hehe…. (nyengir kuda sambil membuka resleting tas
ransel Zelfi dan merogohnya)
Zelfi: Hahahaa….(masih ketawa dan nggak sadar kalo tasnya sudah dijamah
pencopet)
Liliput: ……. (terdiam, melongo dan nganga..)
Hap..Hap..Hap…entah dapat ilham dari mana, spontan Liliput menyerang si
Pencopet
Liliput: Hey, pencopet..jangan buka tas temen aku yaaa….. (wah Liliput
berani bener ya, ya iyalah orang jaraknya sama pencopet sekitar sepuluh meter,
jadi kalo pencopetnya ngejer setidaknya masih ada jarak,wkwkwk)
Pencopet Gembul: Apaaa? Haahhh…siapa yang mau nyopet? (dengan gayanya
yang sangar…)
Well, sebenernya mau sesangar
apapun si pencopet mengekspresikan mukanya, tetep aja, sebenernya nggak bakal serem
serem amat, yang ada malah mirip Hello Kitty. Pencopet itu seorang lelaki usia
tiga puluhan, badannya bontet, gemuk pendek, kalo jalan egol egol. Pokoknya nggak
mewakili muka pencopet. Kalopun dia mau ngejer Liliput, ya setidaknya butuh
waktu ancang ancang buat bawa perutnya yang buncit. Oh ya, si pencopet sambil
bawa kantong kresek yang posisinya dideketin sama perutnya, kemungkinan menjadi
tempat barang-barang hasil copetannya.
Liliput: Yaelaaahh…jelas-jelas sudah buka resleting tas temen aku masih
aja ngeyel.. (makin menggebu-gebu)
Pencopet Gembul: Awas… awas yaa… (sambil berjalan menjauh dan seketika
menghilang dari pandangan..)
Zelfi, Sisca dan Tika berjalan dengan kecepatan tinggi menjauhi pencopet.
Kondisi tas Zelfi sudah kebuka. Kabar baiknya bagian tas yang dibuka si pencopet
itu nggak ada apa-apa kecuali kacamata sama sikat gigi. Ahak..ahak..nggak
kebayang kan kalo si pencopet susah payah ngikutin Zelfi ternyata cuma dapet
sikat gigi. Ciyan..ciyan..
Momen itu berlangsung kurang dari lima menit, dan dalam waktu singkat itu
juga si pencopet membawa pantatnya yang bahenol pergi menghilang. Zelfi, Sisca
dan Tika mendekati Liliput.
Tika: Ya ampun Liliput…berani bener sama pencopet itu..
Liliput: Nggak…sebenernya aku takut…(mukanya keringetan dan detak
jantungnya mendadak takikardi)
Sisca: sudahlah….yuk kita menjauh dari daerah ini…
As you know, beberapa pedagang
yang ada di bawah jembatan Ampera menyaksikan prosesi pencopetan tadi. Tapi
ajaibnya mereka diem aja. Ajaib memang, nggak ada lagi yang hatinya tersentuh
dan bertindak melihat aksi pencopetan.
Sejak saat itu Liliput bertekat, jikalau harus membeli sesuatu di Pasar
Enam belas nggak apa-apa pake tas ransel asal nggak berisi barang-barang
berharga. Ulangi lagi -nggak
apa-apa pake tas ransel!-
*Mei 2014, di Pasar Enam Belas*
Liliput dan ibunya hendak berbelanja ke Pasar Enam Belas. Liliput lagi
lagi membawa tas ransel. Tas yang diisinya baju kebaya yang tujuannya mencari
jilbab dan baju yang akan dikenakan di sebuah acara. Baju kebaya yang ada dalam
tas ranselnya itu sebagai contoh warna. Jadilah tas Liliput agak menggembung
dan tentunya menarik perhatian pencopet. Disini aksi pencopet lebih expert lagi. Kalo lima tahun silam,
pencopetnya lebih cocok duduk di kursi goyang jadi boneka Hello Kitty, tapi
kali ini pencopetnya lebih cocok main sinetron. Pinter banget improvisasi, mau
tahu gimana improvisasinya? Cekibroooootttt..
IMPROVISASI I
Liliput
dan Ibunya mampir di sebuah kedai baju dan tertarik dengan salah satu baju yang
dipajang. Setelah melihat-lihat, ibu Liliput minta kepada penjualnya untuk
melepas baju tersebut dari patung. Liliput membantu penjual tersebut melepas
baju dari patung. Ternyata di waktu yang bersamaan, ada pembeli lain seorang
ibu-ibu yang menanyakan harga baju yang posisinya tepaaaaaaaaaaatttttt di
belakang pundak Liliput. Otomatis dekat dengan tas ransel Liliput.
Pencopet Kece: Berapa harga baju
ini?
Penjual: ….. (masih diam, nggak fokus
karena sibuk melepas baju dari patung)
Melihat si pembeli
dikacangin sama penjualnya, Liliput mencoba mencairkan suasana dengan mengajak
pembeli itu berkomunikasi. Ya..speak
speak gitulah.
Liliput: Baju yang mana bu? (seketika
menoleh ke belakang..)
Pencopet Kece: Aaaah…baju
ini..baju ini..baju ini….(entahlah banyak banget yang ditunjuknya)
Liliput: Oh iya ya…bagus baju
yang ini…motifnya cantik..
Ibu-ibu kece itu menanyakan
kembali harga dan mengajak tawar menawar. Ketika dia sibuk tawar menawar,
Liliput dengan bakat detektifnya memperhatikan dengan tajam setiap
potongan-lekukan-bagian dari tubuhnya. Inilah yang pada akhirnya menyadarkan
Liliput kalau ibu-ibu kece ini pencopet.
(1) Kelopak matanya diwarnai dengan eye shadow berwarna abu-abu gliter,
mentereng banget, bukan cantik yang ada malah mirip waria
(2) Rambutnya
pendek sedagu, agak ikal
(3) Baju
yang dikenakan kaos santai yang dibalut jaket kulit, jadi lebih mirip cowok
gayanya.
(4) Tas
kecil yang posisinya di perut (ingettt yaa….pencopet gembul dulu bawa kantorng
kresek yang dideketin sama perutnya, sedangkan pencopet kece ini bawa tas yang
posisinya juga di deket perutnya)
(5) Pake
celana (ini pasti memudahkan geraknya)
(6) Pake
sepatu karet (ini juga memudahkan pencopet kece kalo-kalo dikejer masa,wkwkwk)
(7) Daaan
ini yang paling penting, kalo senyum nyengirin giginya yang kuning.
Kembali lagi ke cerita tadi. Ketika ibu itu sibuk tawar menawar, Liliput
menyadari tasnya sudah kebuka.
Pencopet Kece: Iya…tas kamu kebuka, dari tadi loh aku liat, coba cek
ada yang hilang nggak? (dengan santainya..)
Liliput: huuu….(memastikan isi tasnya dan menutup kembali tasnya)
Setelah dirasa tas beserta isinya aman, Liliput pergi bersama ibunya
menuju kedai-kedai baju lainnya. Tas ransel diletakkan di depan dan arah
resletingnya diposisikan dekat dengan jangkauan tangan Liliput. Selain itu
dompet yang diletakkan Liliput dalam tas ranselnya, diposisikan tepat di bagian
dalam yang otomatis jikalau pencopet
hendak mengambilnya butuh waktu dan tenaga ekstra, sehingga sudah ketahuan
duluan oleh Liliput.
IMPROVISASI II
Liliput dan ibunya mengunjungi sebuah kedai jilbab. Setelah memilih
barang yang hendak dipilih, Liliput meraih tasnya untuk mengambil dompetnya dan
mengeluarkan selembar uang. Daaaann lagi-lagi ibu-ibu kece itu hendak membeli
jilbab di tempat yang sama.
Liliput: Ibu..kok kita bisa ketemu lagi ya disini..(dengan ramah)
Pencopet Kece: Hhaa, iya ya…kebetulan sekali.. (dengan senyumnya yang
membahana TRINGGG gigi kuningnya terlihat, TRINGGGG gliter eye shadownya mancar
mancar..)
Liliput: Kok..apa yang mau kita beli selalu sama ya bu…
Pencopet Kece: hehe..(senyum ala badak)
Liliput: Kami duluan ya bu… (pamit dan berjalan duluan..)
Dirasa agak aman, Liliput meletakkan kembali tas ranselnya di belakang.
Daaaannnn sekejap, Liliput merasakan ada yang membuka tasnya. Dalam hitungan
kurang dari dua detik Liliput memutar badan, melihat tasnya yang sudah kebuka
dan memandangi kondisi sekitar. Daaan yaaakkkk inilah…
IMPROVISASI III
Pencopet kece itu pura-pura memasuki salah satu kedai yang jaraknya
sekitar dua meter dari Liliput. Menanyakan harga baju yang ada disana. Tentu
saja, eye shadow abu-abu gliter itu
masih menjadi marker sehingga mudah
dikenali. Liliput menutup kembali tasnya. Disinilah Liliput baru benar-benar
menyadari kalau ibu-ibu kece yang selalu kebetulan dekat dengannya itu bukanlah
sebuah kebetulan tapi memang selalu mengkuti setiap langkah Liliput kemanapun.
Terakhir ketika tasnya sudah kebuka, Liliput cepat menyadari dan berbalik
badan. Untungnya, semua aman.
***
Demikianlah, kisah tentang Pencopet Gembul dan Pencopet Kece. Pesan konyol
dari kisah ini adalah jika suatu waktu kita bepergian ke tempat yang rawan
copet, jangan pernah takut bawa tas jenis apapun. Asal barang-barang berharga
seperti hp sama dompet kita amankan. Berbusana yang santai aja, jadi lebih
mudah gerak, gerak kita harus lebih gesit dari pencopet tersebut. Nah, ada
baiknya isi apa aja deh dalam tas, kalopun dompet nggak apa-apa yang butut. Bila
perlu isi koran yang dipotong-potong. Ahak ahak…kan asik juga tuh, pas si
pencopet merasa berhasil dapet dompet tapi ternyata isinya kertas doang dan ada
tulisan,”YAAAAAKKKK……KENA DEH!!!!!”.