Jumat, 26 Juli 2013

Museum Memori

It’s time to make a story! Yeaahh, sudah lama saya nggak nulis cerita di blog. Mari, di sela-sela ke(sok)sibukan saya, ya saya akan tetap meluangkan waktu untuk menulis.  

Dua hari yang lalu saya jaga IGD. Ya, berhubung saya sekarang stase bedah otomatis pasien yang saya hadapi kebanyakan pasien-pasien trauma. Sekitar pukul 22.00 kami kedatangan pasien rujukan dari sebuah Rumah Sakit Daerah yang tidak asing bagi saya. Namun, fokus saya nggak ke rumah sakit itu dong ya, pasiennya yang utama. Pasien itu adalah seorang remaja putri usia delapan belasan. Sekujur tubuhnya penuh balutan perban. Bidai-bidai membungkus kedua kaki dan kedua tangannya. Pipi kanan dan pelipis juga dibalut perban. Ketika pertama kali menghadapi pasien itu, tentu saja yang menjadi perhatian adalah airway, breathing, dan circulation! Well, alhamdulillah A-B-C of this patient was good. Karena pasien itu datang dengan multiple fracture pada keempat ekstrimitasnya, so to recognize the configuration of fracture and making plans to her therapy, we need rontgens photo. Tapi sebelumnya kami merapikan kembali balutan bidai dan perban pada keempat ekstrimitasnya. Ketika kami membungkus kakinya dengan perban, gadis belia itu hendak bangun dan bertanya-tanya, “Dimana? Diamana aku sekarang?” kondisinya persis pemain film sinetron yang pingsan terus dibawa ke RS terus berontak sambil angkat kepalanya dengan linglung linglung dan nanya, “Diamaanaaa?? Sayaaa ada dimanaaa?” terus saya jawab DI HONGKONG !!!!! hehe, saya boong. Ketika pasien itu nanya ya saya jawab seadanya. Tapi saya yakinkan, “tenanglah..kami akan melakukan pertolongan sebisa kami.”. Lalu pasiennya diam. Menyerahkan badan, kaki, tangan, pipinya mau diapain. Pasrah.   

            Keesokan harinya, selepas makan sahur ibu saya nelpon. Ibu saya mengabarkan bahwa ada tetangga nenek saya yang mengalami kecelakaan. Kecelakaan mobil dan motor. Dia adalah seorang gadis belia berambut keriting. Penjelasan ibu saya masih agak umum. Tapi entah kenapa saya ingat dengan gadis belia dengan multiple fracture malam kemarin. Ahha, ternyata memang benar pasien itulah yang dimaksud ibu saya. Iya, gadis belia itu adalah tetangga nenek saya. Rumahnya persis di belakang rumah nenek saya. 

            Hari ini (tadi siang), saya mencari gadis belia itu. Ternyata dia sudah dibawa ke ruang perawatan. Setelah diberi tahu Ria (temen jaga saya malam itu) dimana ruang perawatannya, saya menemui gadis belia itu. Ketika saya datang, as you know how how saya keliatan bego dan mungkin agak linglung atau mungkin juga terkesan sombong karena sama tetangga aja nggak tahu. Ternyata gadis belia itu mengenali saya. Begitu pula dengan ayah ibunya yang saat saya datangi juga berada disamping gadis belia itu, juga mengenali wajah saya. Dan ternyataaaaa setelah saya ingat-ingat, semasa kecil sepertinya saya pernah bermain dengan gadis belia itu. 

            Ini bukan lelucon ya? Tapi, apakah ini kebetulan? Ada banyak hal yang harus dikoreksi dari diri saya. Salah satunya memori. Sesungguhnya memori itu bagaikan museum. Iya museum kenangan. Oleh karena itulah dengan saya menulis, setidaknya bisa dijadikan salah satu usaha untuk mengarsipkannya. Tentu, agar museum memori saya menjadi kaya. Hehe, lalu bagaimana dengan museum memori kamu??

26 Juli 2013; 22;47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar