Dear
Naila
Naila,
puteri kecil Ayah yang dulu suka menangis ketika Ayah tinggal kerja, yang dulu
membuat catatan permintaan kalau Ayah sudah gajian, tidak terasa sekarang kamu
sudah tumbuh dewasa. Kehadiranmu adalah pelengkap kebahagiaan Ayah. Senyum
manismu yang membuat luntur rasa lelah Ayah.
Naila,
maafkan Ayah semasa kamu kecil Ayah jarang berada di dekatmu. Ayah lebih banyak
menghabiskan waktu dengan pekerjaan Ayah. Tapi, ketika pulang kerja senyum
manismu Nai yang Ayah cari duluan. Ketika Ayah melihatmu sudah tertidur pulas,
disitu Ayah bisa dengan lega menutup hari dengan istirahat.
Ketika
kamu kecil, kamu senang sekali bermain dengan Ayah. Celotehmu banyak sekali,
makanmu lamban dan kamu selalu minta dibuatkan rambut panjang palsu dari kain
untuk dilekatkan di kepalamu. Namun, seiring bertambah usiamu, kamu semakin
jarang menghabiskan waktu dengan Ayah. Waktumu banyak dihabiskan dengan teman
seusiamu. Ayah tidak sedih Nai, justru Ayah bahagia. Ayah selalu mencari cara
agar kamu merasa nyaman. Ayah belajar bagaimana menjadi temanmu. Dengan cara
itu ayah bisa mendalami isi pikiranmu.
Naila, Ayah
pernah mengajakmu masuk hutan, turun ke sungai, mengenal suku kubu, mengendarai
truck di jalanan berlumpur dan aktivitas
aneh lainnya, semua itu bertujuan agar
kamu terlatih mengenal dunia Naila. Ayah tahu,
Ayah tidak akan selalu ada disampingmu tapi Ayah ingin memastikanmu
selalu dalam keadaan aman.
Ayah
tidak melatihmu hidup bermewah-mewah. Bukanlah hadiah-hadiah yang Ayah berikan
untuk membuatmu bahagia. Tapi ada banyak hal sederhana di dunia ini yang bisa
membuat kita bahagia, caranya tentu dengan bersyukur.
Kalau
ditanya siapa Ayah yang beruntung di dunia ini? Ayah tak ragu menjawab. Ayah
orang beruntung itu. Ayah beruntung melihatmu tumbuh menjadi anak yang ceria.
Ayah beruntung melihatmu mengenakan hijab dan rajin membaca Al-quran, ketika
Ayah tanya untuk apa? Maka Kamu tak ragu menjawab untuk menjadi anak soleha
biar Ayah masuk surga. Subhanallah. Ayah beruntung memiliki anak perempuan
sepertimu, bisa nyaman naik pesawat namun tahan berdesakan di kereta ekonomi,
bisa anggun memakai high heels namun
terbiasa dengan sandal jepit.
Kelak,
ketika ada seseorang yang dengan berani menemui Ayah untuk mengambilmu dari
Ayah, ayah akan penuhi permintaanmu. Namun ada satu tambahan, Ayah akan meminta
Ia untuk menemanimu dan menjagamu selama di perjalanan kemanapun kamu pergi,
karena selama kamu jadi anak Ayah, tidak pernah Ayah punya waktu untuk
menemanimu. Kamu terbiasa sendiri, menyebrang pulau sendiri, angkat ransel
sendiri.
Naila,
akan ada seseorang yang mengambil alih posisi Ayah. Jagalah kehormatannya
seperti kamu menjaga kehormatan Ayah. Banggakanlah Ia seperti kamu selalu
membanggakan Ayah. Temani Ia sebagaimana kamu tahan menemani Ayah ketika kamu
masih kecil dulu. Jadilah perempuan yang cerdas. Ingat kata ayah, cerdas bukan
semata-mata diatas kertas tapi cerdaslah membaca keadaan, karena kamu tidak
akan pernah tahu bagaimana kehidupanmu kelak dengan teman hidupmu. Terakhir,
kalau kamu rindu Ayah, silahkan pulang temui Ayah tetapi atas izin suamimu. Begitu
pula Ayah, walau kamu sudah menjadi seorang istri dan seorang ibu, kamu
tetaplah puteri kecil Ayah. Namamu akan selalu ada dalam doa Ayah.
Ayah,
yang rasa sayangnya begitu besar untuk Naila.
With
love
Ayah