Sabtu, 03 Agustus 2013

Celoteh Anak-anak Spesial

Apakah kakak terlalu sibuk, hingga lupa bahwa ada kami di sini yang selalu menanti kedatangan kakak. Jikalau kakak berkenan mendengar suara hati kami. Kemarilah. Ini hanyalah suara sederhana yang terlontar dari kami “Anak-anak Spesial”.

Kakak, kami dengar, sekarang ini anak-anak seusia kami sudah pandai berbahasa asing. Apa itu? Bahasa Ing-ge-ris ya? Yang menyebut ibu menjadi ‘mader’ dan ayah menjadi ‘pader’. Aduhai, apa itu kakak. Sungguh aneh sekali kami mendengarnya. Lidah kami terbelit. Mulut kami kaku. Di sekolah kami pelajarannya sederhana saja. Kami tidak punya guru hebat untuk mengajarkan bahasa ini. Sepulang sekolah, ya kami hanya bermain. Bermain sesuka hati kami.

Ngomong-ngmong soal bermain. Kami dengar, sekarang ini anak-anak seusia kami sudah mahir mengotak-atik komputer, laptop, dan apa itu kak yang namanya mirip obat? Tablet, ahaaa iya tablet namanya. Kami mana pernah menyentuh barang mewah itu kakak. Mainan kami ya hanya kelereng dan layang-layang. Tapi kami memainkannya sesuka hati kami.

Sering juga kami mendengar, anak-anak seusia kami mengisi waktu liburannya ke tempat-tempat indah. Tempat yang ada bangunan-bangunan tinggi. Tempat yang ada pantai-pantai terindah. Lalu kami, kami selalu berkejar-kejaran di pinggir kali tepat di sebelah rumah kami. Tapi ini adalah tempat paling asik. Lebih terasa asik ketika matahari mulai bersembunyi di balik langit. Sungguh, yang kami lihat juga sebuah keindahan. Keindahan yang selalu menemani kami.

Hal lain yang juga sering kami dengar, anak-anak seusia kami selalu ditemani ayah dan ibunya membeli buku, sepatu dan seragam sekolah ketika menjelang kenaikan kelas. Mereka juga ditemani ayah dan ibunya membeli baju baru untuk dikenakan di hari raya. Lalu kami, kami hanya menanti kalau kalau ada yang sudi datang dan memberi kami. Untuk yang satu ini, kami tidak bisa merasakannya dengan sesuka hati. Jelas saja, kami punya rasa iri kakak. Tapi kami harus melatih diri kami untuk tetap bahagia. Iya, selalu merasa bahagia hingga kami lupa rasanya bersedih.

Sebenarnya kami bingung kak. Mengapa hidup kami begini. Apa ini adil? Tapi kakak pernah bilang, kami adalah anak-anak spesial. Apa yang menjadi spesialnya kak? Tolong jawab. Bahasa dan pelajaran yang kami ketahui tidak terlalu hebat. Tempat bermain kami itu-itu saja. Juga apa yang sudah kami bisa mainkan hanya kelereng dan layang-layang. Lalu apa kak? Apa yang membuat kami spesial?

Kakak bilang bahwa kami punya harta paling berharga. Harta yang tidak bisa dicuri oleh penjahat. Harta inilah yang akan membuat kami percaya, bertahan dan terus maju. Apa itu kak?

“Harta itu adalah doa. Doa kalian amat spesial. Ketika dilantunkan seribu malaikat mengucap amin.”

Kakak, setelah kami tahu jawabannya. Kami tidak bersedih lagi. Kami bahagia hidup seperti ini. Allah itu adil ya kak. Sungguh kami bahagia menjadi “Anak-anak Spesial”.













 
 
TERIMA KASIH
-Celoteh Anak-anak Spesial-

Beautiful Week


Is it sweet name that I give especially for this week? Haha, actually I and four my friends have short of breathness, tachycardi and increasing of temperature, they are like the symptomps of the patients that we follow up every morning. We are not sick but we are like sick! Poor! It because of having this week, spending the times in “cemas” everyday. The peak of this is when our big boss in the Digestive Departmen was angry two days ago and keeping promise that wanna give us F if we get him as our examiner. Hiks..hiks.. and just morning, again, we got some missed communication that we didn’t enter his operation. But I am sure that it is his way to motivate us to be smart, smart medical doctor. Alhamdulillah, this week is closed by smiling and beautiful crying. We have been success passed it (not really) well. I and four my friends really wanna cry and say alhamdulillah. We pray that may our examination will be done well and this week, especially –Beautiful Week-.